Jakarta, KabarBerita.id — Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai dugaan upaya kudeta di tubuh Partai Demokrat mengindikasikan belum matangnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam memimpin dan mengelola partai.
Wasis mengatakan, AHY masih terbilang muda di dunia politik dan belum pernah memiliki jabatan publik sebelum akhirnya menjabat Ketua Umum Partai. Kurangnya pengalaman itu, menurut dia, berpengaruh terhadap kemampuan AHY mengelola konflik di internal partai.
“Kalau sudah memegang jabatan publik sudah cukup fleksibel dan lihai dalam mengelola konflik. Tahu cara lobinya seperti apa. Ini kan beliau istilahnya langsung masuk ke posisi tertinggi dan itu soft skill sebagai seorang pemimpin belum teruji,” terang Wasisto saat dihubungi, Rabu (3/2).
Wasisto lalu membandingkan AHY dengan purnawirawan militer lainnya yang terjun ke dunia politik. Pada umumnya, lanjut dia, para purnawirawan tersebut sebelumnya memiliki posisi top di militer.
Selain itu, purnawirawan itu juga biasanya sudah mencecap pengalaman memimpin.
“AHY ini hitungannya perwira tinggi aja belum, baru perwira menengah, yang ini tentunya belum punya semacam massa. Kalau kita lihat setiap purnawirawan militer kan punya massa sendiri. AHY ini kan, maksudnya beliau belum sampai ke tahap itu,” kata dia lagi.
Lebih lanjut, dengan kondisi kepemimpinan AHY saat ini, Wasisto berpendapat jika ingin tetap menjaga kans pada Pileg maupun Pilpres mendatang maka cara pragmatis yang harus dilakukan Demokrat adalah merapat ke pemerintahan.
“AHY ini kan ketua umum partai termuda, yang saat ini belum punya semacam data tawar politik menjadi oposisi. Nah cara paling pragmatis untuk menaikkan popularitas demi 2024 ya itu, merapat ke pemerintah,” tutur Wasisto.
Senada, Direktur Eksekutif Political and Public Studies Jerry Massie menilai munculnya isu kudeta di internal partai berlambang mercy itu membuktikan kepemimpinan AHY relatif lemah dibandingkan ketua umum sebelumnya.
AHY, menurut Jerry, belum mampu merangkul dan menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh senior Demokrat yang merasa kecewa.
“Dia belum rangkul ini, ada kekecewaan dari elite Demokrat, atau senior lah. Kayak Marzuki Alie, Hadi Utomo, Anies Urbaningrum. Mereka ini kan orang-orang penting. Di Demokrat ini kan ada titisan-titisan mereka,” ungkap Jerry.
Karena itu Jerry pun meminta AHY untuk mengevaluasi gaya komunikasi dengan lebih merangkul tokoh-tokoh senior. Sebab, menurutnya tidak tertutup kemungkinan bakal terjadi perpecahan dan dualisme di tubuh Demokrat.
Selain itu Jerry melanjutkan, merangkul tokoh-tokoh senior dapat berpengaruh pada suara Demokrat ke depan lantaran mereka diyakini memiliki basis massa sendiri.
“Mereka para senior perlu dimintai saran. Setelahnya diatur formasi partai. Sebetulnya lebih baik 60 persen senior dan 40 persen junior. Atau 50-50 tidak masalah,” saran Jerry.
Sebelumnya Partai Demokrat mengungkap dugaan kudeta terhadap partainya. Indikasi tersebut menyeret nama Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Pada Senin (1/2) pekan ini, AHY membeberkan ada upaya pengambilalihan partainya secara paksa melalui Kongres Luar Biasa (KLB). Dia menyebut ada sejumlah eks kader, kader, dan pejabat pemerintah yang terlibat dalam upaya ini.
Kepala Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief kemudian memperjelas bahwa tudingan itu dialamatkan kepada Moeldoko.
Pada hari yang sama, malamnya, Moeldoko menjawab tudingan tersebut. Dia pun menegaskan, “Jangan dikit-dikit istana. Dalam hal ini saya mengingatkan sekali lagi, jangan dikit-dikit istana dan jangan ganggu Pak Jokowi.”