Berita  

KPK Sebut Influencer Zaman Sekarang Menawarkan Hedonisme

Jakarta, KabarBerita.id — Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Laode M Syarif, mengungkapkan keprihatinannya soal budaya populer generasi milenial yang cenderung konsumtif. Menurut Laode, sangat sulit mencari sosok influencer milenial yang berkarakter jujur.

Laode mengungkapkan saat ini banyak konten media sosial yang tidak mencerminkan keteladanan hidup sederhana. Selain itu, acara televisi pun menurutnya banyak memaparkan gaya hidup berlebihan.

Dia mencontohkan acara bedah mobil di salah satu stasiun televisi yang mendatangkan tamu artis. Mobil dari artis-artis tersebut dibedah isinya, kemudian dipertontonkan apa saja harta benda yang dimiliki.

“Misalnya berliannya berapa, kemudian ada barang-barang lain yang dia punya. Mencari influencer yang punya segalanya banyak. Tetapi coba kita mencari influencer yang berkarakter jujur, susah tuh, ” ujar Laode saat memberikan materi dalam peluncuran buku ‘Untuk Republik: Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa’ di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (13/8).

Dalam buku tersebut dikisahkan keteladanan sikap hidup sederhana dari 23 tokoh bangsa. Tokoh-tokoh tersebut berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari ibu rumah tangga, tokoh ekonomi, tokoh pergerakan nasional, tokoh kemerdekaan hingga para penegak hukum.

Laode menyarankan, buku yang ditulis oleh Faisal Basri dan Haris Munandar ini bisa dibaca secara luas oleh generasi milenial. Sehingga, anak muda bisa meneladani sikap sehari-hari para tokoh bangsa yang selama ini hanya dikenal lewat perannya dalam sejarah.

“Kalau influencer yang blink-blink banget itu kan banyak. Sementara orang-orang dengan karakter sederhana juga ada. Sifat mereka tidak lekang oleh zaman, ” tegasnya.

Lebih lanjut, Laode mengungkapkan rencana untuk menggelar bedah buku di atas di KPK. Nilai-nilai yang ada dalam buku ini, katanya, penting untuk pembelajaran hidup sederhana dan antikorupsi.

“Kita bisa jadikan platform belajar antikorupsi dalam bentuk diskusi, komedi, musik, bedah buku atau yang lain. Sebaiknya buku ini tidak berhenti di sini saja, ” tambahnya.

Tinggalkan Balasan