Jakarta, KabarBerita.id — Setelah melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia, Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengirim surat ke Presiden China, Xi Jinping.
Mengutip dari Reuters yang melansir kantor berita Korut, KCNA, Kim Jong Un menyurati Xi Jinping bahwa negerinya ingin meningkatkan kerja sama dengan China.
“Saya meyakini…hubungan persahabatan dan kerja sama DPRK-China akan berkembang secara bertahap sesuai dengan tuntutan era baru dan keinginan dua bangsa di masa depan,” demikian isi surat Kim kepada Xi.
Surat yang dikirim Kim itu merupakan balasan atas ucapan selamat dari Xi pada ulang tahun berdirinya Korut pada bulan ini. Pada ucapan selamatnya itu, Xi menyatakan kan kesediaannya untuk memperkuat komunikasi strategis dan kerja sama dengan Korut.
Sebelumnya pekan lalu, Selasa (12/9)-Minggu (17/9), Kim Jong un kali pertama melakukan lawatan luar negeri dengan mengunjungi negara kompatriot, Rusia.
Usai kunjungannya yang menggunakan moda transportasi kereta lapis baja, Kim dihadiahi tuan rumah sejumlah kenang-kenangan yakni enam drone dan rompi antipeluruh.
Dikutip AFP, ini merupakan kunjungan resmi pertama Kim Jong Un ke luar negeri sejak pandemi Covid-19.
Kim Jong Un juga telah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di situs peluncuran roket di kota terpencil Vostochny Cosmodrome, timur Rusia. Keduanya saling “tukar kado” berupa senjata dalam pertemuan itu.
Putin memberikan Kim senapan produksi Rusia “dengan kualitas terbaik”. Sebagai gantinya, Putin juga menerima senapan Korea Utara dari Kim Jong Un.
Selama di Rusia, Kim Jong UN juga diajak melihat kecanggihan alutsista Rusia seperti jet-jet tempur Negeri Beruang Merah. Ia bahkan terlihat sangat girang ketika diajak melihat kokpit pesawat militer Rusia.
Lawatan Kim Jong Un ke Rusia ini berlangsung ketika Pyongyang dan Moskow dilaporkan tengah menjajaki kesepakatan jual beli senjata.
Rusia disebut terus membujuk Korut untuk mau menjual senjata kepada Moskow demi memenuhi kebutuhan perang di Ukraina.
Sebab sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, Moskow dihadapkan dengan serangkaian sanksi dan isolasi dari pihak Barat hingga mempersulit mengakses material hingga senjata.
Sementara itu, Korut disebut tertarik akan bantuan Rusia untuk mengembangkan program rudalnya yang selama ini dikecam dunia internasional.
Meski begitu, Kremlin mengaku belum ada perjanjian yang telah atau akan diteken Rusia-Korut soal senjata.