Kepala BKKBN: Resesi Seks Bisa Terjadi Di Indonesia

Jakarta, KabarBerita.id — Resesi seks tengah menghantui sejumlah negara. Mulai dari China hingga Korea Selatan disebut tengah menghadapi fenomena tersebut.

Resesi seks erat kaitannya dengan masyarakat yang mulai ogah berhubungan seks. Imbasnya angka kelahiran pun mengalami penurunan. Seperti yang terjadi di Korea Selatan.

Pada Agustus 2022 lalu muncul laporan angka kesuburan di Korea Selatan mencapai persentase yang cukup rendah. Angka kesuburan di negara itu ada di angka 0,81 persen per 2021.

Resesi seks memang bisa menjangkiti negara manapun. Apalagi hal ini disebut terjadi karena gaya hidup hingga tuntutan pekerjaan yang membuat rasa enggan berhubungan seks semakin besar.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Apakah berpotensi mengalami resesi seks?

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan resesi seks bisa saja terjadi di Indonesia. Namun, prosesnya masih panjang dan tak akan terjadi dalam waktu dekat.

Kata dia, masyarakat Indonesia masih ‘doyan’ menikah. Bukan hanya itu, kebanyakan orang Indonesia yang menikah juga memiliki tujuan pro-kreasi atau keinginan untuk memiliki anak.

“Usia pernikahan itu mundur, karena semakin menempuh studi, karier dan sebagainya,” lanjut dia.

Di Indonesia sendiri kata Hasto memang cukup banyak yang telah menunda memiliki anak dan menikah. Terutama masyarakat di kota-kota besar.

Misalnya wanita saat ini lebih mementingkan kesejahteraan dan kualitas hidup bersama pasangannya. Sementara pria yang memilih tidak memiliki anak, biasanya hanya mementingkan kebutuhan menyalurkan gairah seksual dalam hubungan pernikahan.

Tentunya jika hal ini terus terjadi dan makin banyak, bukan tidak mungkin resesi seks bisa terjadi di Indonesia.

“Jadi bisa saja terjadi minus growth atau zero growth sekarang ini kan beberapa daerah sudah minus growth, zero growth seperti beberapa kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah minus growth jumlah anaknya sedikit,” katanya dia.

Tinggalkan Balasan