Keluhan Jemaah Haji 2024: Kurangnya Tim Medis, Rebutan Air, dan Minim Bantuan

Jakarta, KabarBerita.id — Jemaah haji tahun 2024 mengeluhkan kurangnya petugas medis dan bantuan yang tersedia di Arab Saudi. Jutaan jemaah yang melaksanakan rukun kelima Islam ini harus berjuang di tengah cuaca panas ekstrem, yang membuat situasi semakin sulit.

Lebih dari seribu jemaah dilaporkan meninggal dunia selama musim haji tahun ini, menambah kekhawatiran para jemaah. Sejumlah saksi mata mengungkapkan bahwa banyak jemaah yang pingsan akibat terik matahari, bahkan beberapa di antaranya berjalan melewati mayat yang ditutupi kain putih saat menjalankan ibadah.

Zirrar Ali (40), yang baru kembali ke London setelah melaksanakan ibadah haji bersama ayahnya yang berusia 70 tahun, menceritakan pengalamannya. Ia menyoroti kekurangan dalam penyediaan air bersih dan air minum, tempat berteduh, serta dukungan medis selama satu pekan di Makkah.

“Terasa seperti ada terlalu banyak orang dan tidak cukup petugas medis. Mereka hanya menunggu keadaan memburuk sebelum mengambil tindakan,” ujar Ali. Ia juga mengungkapkan bahwa banyak jemaah yang pingsan dibantu oleh sesama jemaah, bukan oleh petugas.

Ahmad (44), seorang jemaah asal Indonesia, juga berbagi pengalaman serupa. Ia menyaksikan banyak orang yang sakit dan meninggal karena panas yang ekstrem. “Sepanjang perjalanan pulang, saya melihat banyak jemaah yang meninggal. Hampir setiap beberapa ratus meter ada mayat yang ditutupi kain ihram,” katanya.

Selain itu, Ahmad mengaku melihat jemaah berebut air setiap kali petugas membagikannya, namun jarang melihat petugas kesehatan atau ambulans yang bersiaga. Kedua jemaah tersebut menyayangkan buruknya infrastruktur dan penyelenggaraan haji tahun ini, terutama bagi mereka yang melakukan perjalanan secara mandiri.

Cuaca ekstrem yang menyebabkan suhu melonjak di atas rata-rata memperburuk kondisi. Hingga kini, jumlah pasti korban tewas belum dapat dipastikan, tetapi diperkirakan akan terus bertambah karena masing-masing negara mengumumkan jumlah kematian warganya secara terpisah.

Pemerintah Arab Saudi hanya mencatat jemaah yang terdaftar dan melakukan perjalanan sesuai kuota haji yang diberikan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa jumlah korban meninggal dari jemaah yang tidak terdaftar mungkin lebih tinggi.

Arab Saudi sebelumnya mewajibkan setiap jemaah untuk memiliki satu dari 1,8 juta izin yang tersedia untuk mengakses Makkah secara legal saat haji. Peziarah tanpa izin biasanya melakukan perjalanan tanpa bus ber-AC dan kurang memiliki akses terhadap persediaan makan dan minum.

Meskipun ada beberapa fasilitas yang diberikan, semua jemaah harus menghabiskan sebagian besar hari mereka berjalan di luar ruangan di bawah terik matahari. Ali mencatat bahwa perjalanan kaki minimal lima jam setiap hari, dan banyak jemaah yang berjalan hingga 12 jam per hari. Ia menegaskan bahwa meskipun perjalanan jauh adalah bagian dari pengalaman haji, pemerintah Saudi seharusnya memberikan lebih banyak bantuan.

Tinggalkan Balasan