London, KabarBerita.id — Sebuah laporan dari Conflict Armament Research (CAR) menyebutkan pasokan senjata dari Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi untuk oposisi kerap jatuh ke tangan ISIS.
Kelompok pemantau senjata di Inggris tersebut melaporkan temuannya selama tiga tahun terkait eksistensi ISIS di Suriah dan Irak. CAR menganalisis 40 ribu senjata di medang Suriah dan Irak termasuk amunisi dan bahan pembuat peledak rakitan.
Jatuhnya pasokan senjata dari AS dan Arab Saudi ke ISIS turut memperkuat kualitas persenjataan kelompok radikal tersebut.Penelitian tersebut mengatakan bahwa sebagian besar senjata dijarah dari tentara Irak dan Suriah. Meski begitu, sebagian senjata diketahui dipasok oleh negara-negara lain yang terlibat dalam konflik tersebut. Mereka mendukung kelompok oposisi Suriah yang berperang melawan Presiden Bashar al-Assad.
“Irak dan Suriah telah melihat pasukan ISIS menggunakan sejumlah besar senjata, yang dipasok oleh negara-negara seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat, melawan berbagai koalisi anti-ISIS internasional yang didukung kedua negara,” kata CAR seperti dikutip dari Al Jazeera.
Semua senjata yang diperiksa dibuat di negara-negara Uni Eropa (UE) dan, dengan meneruskannya ke kelompok bersenjata di Suriah, AS dan Saudi melanggar klausul kontrak yang melarang pemindahan kepemilikan mereka kembali.
“Bukti yang dikumpulkan oleh CAR mengindikasikan bahwa Amerika Serikat berulang kali mengalihkan senjata dan amunisi buatan UE ke pasukan oposisi dalam konflik Suriah. Pasukan tersebut dengan cepat memperoleh hak milik atas materi ini,” tulis CAR.
Sekitar 90 persen senjata dan amunisi yang digunakan oleh ISIS berasal dari China, Rusia, dan Eropa Timur, dengan senjata buatan Rusia melebihi jumlah negara lain.
“Temuan ini mendukung anggapan luas bahwa kelompok tersebut pada awalnya merebut banyak bahan militernya dari pasukan pemerintah Irak dan Suriah,” terang laporan tersebut.