Jakarta, KabarBerita.id – Komandan Senior Korps Pasukan Khusus Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Morteza Qurbani, mengancam akan menyerang Israel jika Tel Aviv melakukan provokasi sekecil apa pun terhadap Teheran. Qurbani menuturkan sekutu Iran seperti Yaman, Suriah, Libanon, dan Irak selalu mendukung sehingga mereka tak perlu meluncurkan rudal milik sendiri hanya untuk menyerang Israel.
“Jika rezim Zionis melakukan kesalahan kecil terhadap Iran, kami akan menghancurkan Tel Aviv menjadi debu dari Libanon,” kata Qurbani pada Selasa (10/12) kemarin.
Qurbani menuturkan ancaman itu ia lontarkan menanggapi pernyataan Israel yang berniat menggelar aksi militer terhadap Iran. Menurut Qurbani, Iran tidak berupaya memiliki senjata nuklir.
“Dan Israel terlalu kecil untuk melakukan kesalahan terhadap Iran. Jika Pemimpin Tertinggi [Ayatollah Khamenei] memerintahkan serang Israel, seluruh warga Yahudi akan angkat tangan dan menyerah,” paparnya.
Meski Teheran-Beirut memiliki relasi dekat, Menteri Pertahanan Libanon, Elias Bou Saab, justru mengecam komentar Qurbani yang menyeret negaranya ke dalam pusaran konflik.
“Jika apa yang dikatakan Qorbani benar, itu sangat disesalkan dan tidak dapat diterima. Pernyataan itu merupakan pelanggaran kedaulatan Libanon, yang memiliki persahabatan dengan Iran,” kata Saab seperti dikutip Arab News.
“Kemerdekaan Libanon tidak boleh terpengaruh dengan apa pun,” ucap Saab menambahkan.
Iran dan Israel merupakan musuh bebuyutan di Timur Tengah. Israel dilaporkan menguji coba rudal berkemampuan nuklir pada pekan lalu.
Uji coba rudal Israel itu dilakukan ketika Iran disebut terus mengembangkan sistem rudal di tengah himpitan sanksi internasional.
Kementerian Pertahanan AS bahkan menganggap Iran berhasil mengembangkan sistem senjata rudal yang paling besar di Timur Tengah.
Iran memang menganggap sistem rudal sebagai kebutuhan strategis negara lantaran keterbatasan kemampuan angkatan udaranya. Tel Aviv selama bertahun-tahun menuduh Teheran berusaha mengembangkan senjata nuklir untuk menyerang Israel.
Iran juga mengabaikan kewajiban yang disyaratkan dalam perjanjian nuklir 2015, karena kecewa dengan sikap Amerika Serikat sejak Negeri Paman Sam menarik diri dari perjanjian itu dan menjatuhkan sanksi baru. Mereka kini melanjutkan proses pengayaan uranium melebihi batas yang ditetapkan dalam kesepakatan itu.