Jakarta, KabarBerita.id — Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S. Pane menyoroti peningkatan jumlah perwira tinggi (Pati) atau jenderal di institusi Polri yang menurut dia tak berbanding lurus dengan perbaikan lembaga tersebut.
Neta menyebutkan, dari 340 lebih jumlah pati, tak sedikit di antara mereka yang nganggur. Menurut dia, kondisi itu menjadi salah satu penyebab Korps Bhayangkara sulit berbenah dalam setiap kali pergantian Kapolri.
“Sekarang itu jumlah di tengah (perwira menengah) yang menganggur cukup banyak, jumlah jenderal yang nganggur banyak, kombes yang menganggur juga banyak,” kata dia Neta dalam dalam pernyataannya di YouTube Akbar Faizal, Senin (25/1) malam.
Pernyataan Neta sempat diamini Kapolri Jenderal Idham Azis. Dalam pernyataannya awal Oktober 2020 lalu, Idham mengatakan bahwa Polri saat ini tengah surplus personel di tingkat pati dan perwira menengah pada pangkat komisaris besar (Kombes).
Di pangkat Kombes, ujar Azis, angka surplusnya mencapai 288. Sedangkan di tingkat pati, surplus 213.
Sementara dalam catatan IPW, seperti diungkapkan Neta, jumlah pati Polri memang meningkat drastis dari hanya 65 jenderal sebelum reformasi kemudian meningkat di angka 340-an hingga saat ini.
Menurut dia, kondisi itu menyebabkan Polri sulit berbenah. Padahal, anggaran pemerintah untuk Polri tercatat naik hingga 2 ribu persen pasca reformasi. Namun dari total anggaran, 50 persennya justru terus dialokasikan untuk gaji dan 10-15 persen untuk fasilitas.
Sehingga menurut Neta, anggaran untuk perbaikan institusi Polri, termasuk peningkatan teknologi seperti tercantum dalam janji Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo, sulit untuk direalisasikan.
“Jadi kenaikan anggaran tidak disikapi Polri dengan peningkatan kinerja. Tapi yang disikapi Polri dengan peningkatan jumlah jenderal. Sehingga berapapun anggaran diserahkan negara, disetujui DPR, kalau polanya masih seperti itu, memperbengkak jumlah jenderal, personel, itu tidak akan bisa promoter Polri,” kata dia.
Oleh karenanya, Neta mengaku pesimis dengan sejumlah janji yang ditawarkan Listyo sebagai calon Kapolri pengganti Idham, terutama soal upaya menciptakan teknologi 4.0.
“Dan itu sama seperti calon-calon Kapolri sebelumnya. Selalu hadir dengan janji-janji yang dipoles-poles, ada yang baru. Tapi, percayalah janji itu tidak akan bisa dipenuhi. Ini pengalaman Kapolri sebelumnya,” kata dia.