Kabarberita.id– Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, meninggal dunia, Minggu (15/10/2017) sore.
Pemicunya adalah benturan Huda dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, dalam laga Liga 1 kontra Semen Padang di Stadion Surajaya.
Pada menit ke-44, Huda coba mengamankan gawang dari ancaman Marcel Sacramento, tetapi dadanya malah mengenai kaki dari Rodrigues.
Huda sempat bergerak, kemudian tidak sadarkan diri. Tim medis langsung melarikan sang penjaga gawang ke rumah sakit dengan ambulans.
Sebelum dilarikan ke rumah sakit, sosok berusia 38 tahun itu sempat mendapatkan pertolongan dengan alat bantu oksigen.
“Tadi masih sadarkan diri dan mengeluh sakit di bagian dada, kemudian tidak sadar,” ujar salah satu tim medis yang membantu evakuasi ke rumah sakit.
Sampai di RSUD dr Soegiri, Huda kembali mendapatkan alat bantu pernapasan yang sifatnya permanen.
“Dengan begitu, kami berharap melakukan pompa otak sama jantung,” kata Dokter Spesialis Anastesi, Yudistira.
Ditambahkan oleh Yudistiro bahwa Huda sempat menunjukkan kulit yang memerah, tetapi kondisinya terus menurun.
Tidak ada respons dari sang pemain dalam satu jam pompa jantung dan otak. Akhirnya, tim dokter menyatakan bahwa Huda meninggal dunia pukul 16.45 WIB
“Kami sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda,” ucap Yudistira.
Diagnosis
Menurut diagnosis Yudistira, ada benturan di bagian dada dan rahang bawah Huda.
Sang pemain diduga mengalami trauma dada, kepala, dan leher. Di dalam leher, ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak.
“Mungkin itu yang menyebabkan Choirul Huda henti jantung dan napas,” kata Yudistira.
Sebelumnya, beberapa dugaan awal muncul soal penyebab meninggalnya Choirul Huda, salah satunya karena hypoxia. Lalu, muncullah hasil diagnosis seperti diutarakan Yudistira.
Informasi kepergian Huda diterima para pemain Persela tepat setelah peluit panjang laga kontra Semen Padang. Persela menang 2-0, tetapi raihan tripoin seolah hampa karena kapten mereka tutup usia.
Tangisan keras terdengar dari beberapa pemain, termasuk penjaga gawang Ferdiansyah. Reaksi serupa ditunjukkan suporter Persela, La Mania.
“Huda! Huda,” bunyi teriakan seorang suporter yang kemudian diikuti rekan-rekannya.
Suasana Stadion Surajaya mendadak bergemuruh dengan teriakan nama Choirul Huda dari seluruh La Mania yang hadir.
La Mania bersama segenap ofisial Persela Lamongan sempat mengheningkan cipta sejenak untuk mendoakan Choirul Huda.
Memori
Huda sebelum tutup usia adalah sosok yang berbeda. Diakui pelatih Aji Santoso, sang pemain terlihat lebih bersemangat dalam sesi latihan.
“Saya menilai bahwa dia paling siap meskipun Ferdiansyah juga siap,” ucap Aji.
Maka itu, Huda mendapatkan kesempatan bermain sebagai starter saat melawan Semen Padang, setelah sempat dicadangkan dalam beberapa laga sebelumnya.
Tidak ada yang menyangka bahwa laga kontra Semen Padangmerupakan pamungkas buat Huda.
Tidak ada yang mengira pula bahwa sejumlah permintaan tak biasa dari Huda menjelang laga adalah petunjuk.
“Sebelum pertandingan, dia memang sempat meminta kaos kaki dan perlengkapan lain yang baru kepada Toni (bagian perlengkapan tim Persela),” ujar bek Samsul Arifin, Minggu (15/10/2017) malam.
Tidak cuma Samsul, pemain muda Persela, Ahmad Birrul Walidain, juga sempat menerima permintaan tidak biasa dari Huda.
“Kemarin malam sebelum pertandingan, dia minta dibelikan jus alpukat. Padahal, biasanya itu minta dibelikan nasi goreng. Cuma kemarin saja yang minta dibelikan jus,” ujar Fahmi.
Kini, segala tentang Huda sekadar cerita. Dia sudah tiada.
Atas semua jasa, termasuk menjalani 454 laga bersama Persela dan cuma membela satu klub sepanjang kariernya, Huda pantas disebut legenda.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di Tribunnews.com dengan judul yang sama dan di
Kompas.com, dengan judul: Kronologi Meninggalnya Kiper Persela Choirul Huda