Jakarta, KabarBerita.id — Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Hanifah Oswari mengatakan, metode transplantasi hati untuk kasus hepatitis akut bukanlah perkara yang mudah.
Hanifah mengatakan ada sejumlah faktor yang membuat transplantasi hati sangat sulit dilakukan di Indonesia terutama untuk kasus hepatitis akut.
Yang pertama, waktu persiapan yang dibutuhkan pada transplantasi hati normal bisa mencapai sebulan lamanya. Sementara untuk hepatitis akut harus diputuskan serta dipersiapkan secara singkat dalam hitungan kurang lebih sepekan.
Kedua, akses untuk pelaksanaan transplantasi hati di Indonesia masih sangat minim, hanya ada di RSCM Jakarta dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito di DIY. Sementara untuk transfer hati atau pasien antardaerah membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Ketiga, perlu adanya persiapan fasilitas kesehatan secara matang hingga laboratorium yang mumpuni. Selain itu perlu dua ruangan operasi untuk melakukan aktivitas transplantasi hati dengan waktu yang cukup lama. Sehingga apabila tidak dipersiapkan dapat mengganggu operasional pelaksanaan tindakan medis lainnya di sebuah rumah sakit.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) RSCM, Lies Dina Liastuti juga
Mengatakan bahwa metode transplantasi hati merupakan tata laksana medis yang sangat rumit serta membutuhkan ke ahlian dari berbagai disiplin ilmu yang nantinya dapat bergabung dalam satu Tim.
Ia mengatakan selama ini RSCM telah melakukan transplantasi hati pada bayi dan beberapa kasus pada orang dewasa akan tetapi tidak dengan persiapan yang singkat.
Lies juga menambahkan, RSCM akan menjadi salah satu rumah sakit pengampu untuk mendirikan atau membuat beberapa rumah sakit di sejumlah daerah Indonesia mampu melakukan transplantasi hati pada pasien.
Namun demikian ia mengakui bahwa upaya ini tidak mudah karena tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki akses dan fasilitas kesehatan yang serupa dan memadai.