JAKARTA, Kabarberita.id – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan hanya 20 persen guru Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia bergelar S1 PAUD, padahal tenaga pendidik perlu memiliki pengetahuan khusus untuk mengajar anak berusia 0-6 tahun.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbud Harris Iskandar di Jakarta, Selasa, mengatakan untuk meningkatkan kapasitas para guru Kemendikbud memberikan pendidikan dan pelatihan berkala, yang saat ini telah diselenggarakan di 75 kabupaten dan kota.
“Kami membuat proyek percontohan di 75 kota dengan melibatkan berbagai lembaga, kami akan mengirimkan instruktur ke kecamatan sementara itu setiap desa akan mengirimkan gurunya dengan menggunakan dana desa,” katanya.
Selain itu Kemendikbud juga memberikan beasiswa S1 untuk guru tersebut.
Dia mengatakan hampir seluruh PAUD di Indonesia berbasis masyarakat, oleh sebab itu banyak guru-guru yang berjasa dan rela dibayar berapa saja untuk mendidik para siswa.
“Saat ini memang sebagian besar PAUD itu milik masyarakat, maka itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan bantuan operasional seperti dana BOS untuk PAUD,” kata Harris.
Menurut dia nilai anggaran untuk PAUD memang tidak sebesar untuk pendidikan tinggi, namun kata dia angka tersebut terus naik setiap tahunnya.
Tahun ini anggaran dana untuk bantuan operasional PAUD sebesar 3,5 triliun, artinya setiap anak mendapat Rp600 ribu, rencananya anggaran tersebut pada tahun depan akan naik menjadi 4,1 triliun.
Saat ini ada sekitar 5.316.120 anak atau sekitar 27,65 persen anak usia 3-6 tahun yang belum mengenyam PAUD.
Sedangkan dari data desa masih ada sekitar 24.684 desa diseluruh Indonesia yang belum ada layanan PAUD.
Indonesia memiliki tujuan untuk memperluas PAUD, targetnya pada 2030 seluruh desa di Indonesia telah memiliki satu PAUD.
“Saat ini sudah 72,35 persen wilayah di Indonesia memiliki PAUD, targetnya pada 2019 angka ini meningkat menjadi 77,2 persen,” kata dia.