Jakarta, KabarBerita.id — Hamas Palestina menolak tawaran Israel yang mengusulkan pemimpin kelompok perlawanan tersebut untuk keluar dari Jalur Gaza sebagai syarat dalam perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Meskipun Hamas dan Israel telah setuju pada prinsip-prinsip pembebasan sandera dan gencatan senjata, Hamas secara tegas menolak syarat Israel terkait pemimpin keluar Gaza.
Dua dari enam pemimpin yang diminta untuk meninggalkan Gaza adalah Yahya Sinwar dan Mohamed al-Deif, yang sebelumnya masuk dalam daftar orang-orang yang harus dibunuh atau ditangkap oleh Israel di Gaza.
Tawaran gencatan senjata Israel melibatkan jeda pertempuran selama dua bulan, pembebasan bertahap sandera, pemulangan warga Gaza utara yang mengungsi, dan bantuan lebih lanjut. Namun, Hamas menegaskan bahwa mereka menginginkan akhir definitif dari agresi Israel di Gaza, bukan sekadar jeda pertempuran.
Sementara Israel juga telah mengajukan tawaran terkait solusi di Palestina ke Mesir dan Qatar, termasuk penarikan total pasukan Israel dan pengakuan Hamas sebagai pemerintahan di Jalur Gaza. Namun, tawaran ini ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menganggapnya sebagai menyia-nyiakan usaha pasukan Zionis. Agresi Israel di Gaza, dimulai sejak 7 Oktober, telah menimbulkan dampak serius dengan lebih dari 25.000 jiwa di Palestina meninggal, disertai serangan terhadap fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsian.