Jakarta, KabarBerita.id — Pada Selasa malam (6/8), Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas, meluncurkan serangkaian roket dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Serangan ini terjadi tak lama setelah Hamas mengumumkan Yahya Sinwar sebagai pemimpin biro politik yang baru, menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dalam serangan di Iran minggu lalu.
Penunjukan Sinwar sebagai pemimpin politik baru diklaim memberikan sinyal bahwa Hamas mungkin akan lebih sulit diajak bernegosiasi. Sinwar, yang dikenal memiliki pendekatan lebih keras dibanding Haniyeh, diharapkan akan memperumit upaya perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Israel.
Sinwar, salah satu pendiri Brigade Al Qassam dan pemimpin senior Hamas yang masih hidup di Jalur Gaza, dianggap sebagai salah satu tokoh yang paling dicari oleh Israel setelah Haniyeh.
Analis menyatakan bahwa meskipun Sinwar sangat berpengaruh dalam negosiasi, kesulitan komunikasi dengan dunia luar membuat proses negosiasi semakin rumit dan kemungkinan penyelesaiannya menjadi kecil.
“Meski Sinwar tidak berada langsung di meja perundingan, dia tetap diajak berkonsultasi dalam setiap titik kritis. Proses negosiasi sering kali lambat karena waktu yang dibutuhkan untuk mengirim pesan dan menerima tanggapan,” jelas analis CNN, Jeremy Diamond.
Hamas mengumumkan penunjukan Sinwar sebagai pemimpin politik baru dalam pernyataan yang juga mengungkapkan rasa duka atas wafatnya Haniyeh. Sinwar, yang mengontrol Jalur Gaza, adalah salah satu dalang serangan 7 Oktober 2023 menurut Israel, yang menyebabkan agresi brutal terhadap Jalur Gaza hingga saat ini.