Jakarta, KabarBerita.id — Seorang guru di Florida, Amerika Serikat, menjadi bahan hujatan netizen setelah video viral di media sosial memperlihatkan dirinya tengah mengusik sejumlah murid yang sedang salat di sebuah ruang sekolah.
Insiden tersebut terjadi di sekolah publik Franklin Academy baru-baru ini. Dalam video tersebut terlihat dua siswa laki-laki tengah melaksanakan salat berjamah di sebuah ruangan sekolah.
Ruangan itu diyakini merupakan ruangan sang guru. Tiba-tiba guru tersebut datang dan berteriak: “Kenapa mereka ada di ruangan saya? Siapa yang menyuruh mereka datang ke sini? Guru yang mana?”
Seakan tak terima, guru perempuan itu kemudian mengganggu bahkan sampai hampir menginjak tangan salah satu muridnya yang sedang sujud.
“Ini kantor saya, dan kalian melakukan semua sihir itu?” ujar guru perempuan itu dalam video yang viral di TikTok itu, Rabu (13/12).
“Saya tidak mengerti apa yang terjadi di sini. Saya percaya kepada Yesus jadi saya akan berjalan saja di lantai ini.”
Tak diketahui alasan para murid itu salat di ruang guru perempuan tersebut. Tidak ada keterangan pula soal mereka sudah mendapat izin menggunakan ruangan itu atau belum.
Pihak sekolah pun mengonfirmasi insiden itu dan menyatakan sudah memecat guru tersebut.
Franklin Academy menegaskan tidak bisa menoleransi “perilaku diskriminatif dalam bentuk apa pun.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam Florida, Abdullah Jaber menilai insiden itu merupakan pelajaran betapa penting staf sekolah memiliki kesadaran beragama.
Di Florida sendiri diskriminasi terhadap warga Muslim memang sering terjadi. Pada 2022, CAIR-Florida mencatat peningkatan tajam terkait intimidasi dan diskriminasi anti-Muslim di sekolah.
Survei Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) juga mengungkapkan sekitar 48 persen keluarga Muslim mengaku memiliki anak yang “menghadapi intimidasi berbasis agama” di sekolah tahun ini.
Menurut ISPU, orang tua Muslim mengaku anak-anak mereka diintimidasi siswa dan orang dewasa karena keyakinan mereka.
Sebanyak 64 persen dari mereka mengatakan intimidasi dilakukan siswa lain, sedangkan 42 persen lainnya mengaku diskriminasi berasal dari guru maupun pejabat sekolah.