Jakarta, KabarBerita.id — Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia telah mengumumkan penolakan terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bergabung dalam koalisi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk periode 2024-2029. Keputusan ini didasarkan pada serangan negatif yang kerap dilakukan oleh PKS terhadap Prabowo-Gibran dan Joko Widodo (Jokowi) selama Pemilihan Presiden 2024, serta penilaian bahwa PKS sering kali menggunakan narasi yang mengadu domba dan memecah belah masyarakat.
“Saat ini PKS sering kali menggunakan narasi yang mengadu domba dan memecah belah masyarakat,” kata Sekretaris Jenderal Gelora, Mahfuz Siddik, dalam pernyataan resminya pada Minggu (28/4).
Mahfuz menyebutkan bahwa PKS secara massif melakukan serangan negatif terhadap Prabowo-Gibran Rakabuming Raka dan Presiden Joko Widodo selama kampanye Pemilihan Presiden 2024. Dia juga mengingatkan bahwa PKS pernah menggunakan narasi dan menyebut Prabowo sebagai pengkhianat karena memutuskan untuk bergabung dalam Kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin setelah Pemilihan Presiden 2019.
“Saat Prabowo Subianto memutuskan untuk berdamai dengan Jokowi pada tahun 2019, PKS banyak mengaitkannya dengan label pengkhianat terhadap Prabowo Subianto. Kebanyakan dari narasi ini datang dari pendukung PKS,” ujarnya.
Mahfuz menegaskan bahwa baik Jokowi maupun Prabowo sering kali mengingatkan untuk tidak menggunakan narasi yang memecah belah politik dan ideologi. Baginya, narasi semacam itu memiliki risiko memecah belah masyarakat secara politik dan ideologis.
“Meskipun itu sering kali diingatkan oleh Presiden Jokowi dan mantan calon presiden Prabowo,” kata Mahfuz, yang juga dikenal karena pernah menjadi elite PKS.
Dia juga menilai bahwa jika PKS bergabung dalam koalisi Prabowo, hal itu menunjukkan adanya pembelahan antara partai itu dengan basis ideologisnya.
“Jika PKS saat ini ingin bergabung karena alasan proses politik telah selesai, apakah PKS bisa dengan mudah mengubah narasi ideologisnya? Apa yang akan dikatakan oleh pendukung fanatik mereka? Sepertinya ada perpecahan sikap antara elit PKS dan massa pendukungnya,” katanya.
Pada Pemilihan Presiden 2024, PKS mengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar bersama dengan PKB dan NasDem. Namun, PKB dan NasDem belakangan ini memberikan sinyal akan bergabung dalam koalisi Prabowo-Gibran.
Sementara Partai Gelora, sebagai salah satu partai yang mendukung pasangan Prabowo-Gibran bersama dengan Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PBB, PSI, hingga Partai Prima.
Elite-elite Partai Gelora sebagian besar merupakan mantan petinggi PKS, seperti Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta yang sebelumnya adalah Presiden PKS, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah yang dulunya juga politikus PKS, dan Mahfuz Siddik yang sebelumnya merupakan pimpinan Fraksi PKS di DPR.