Gaza, KabarBerita.id — Konflik antara Israel dan Palestina belum menunjukkan tanda mereda. Pejabat medis Palestina menyebut setidaknya 103 orang meninggal dunia, termasuk 27 anak-anak di Jalur Gaza.
Pada Kamis (13/5) saja, ada sebanyak 49 warga Palestina tewas di sana. Ini jadi angka kematian tertinggi dalam satu hari sejak Senin (10/5).
Sementara, pihak berwenang Israel menyebut ada tujuh orang tewas di Israel di antaranya, tentara yang berpatroli di perbatasan Gaza, lima warga sipil Israel termasuk dua anak dan seorang pekerja India.
Tak hanya korban jiwa, konflik juga menimbulkan kerusakan pemukiman juga fasilitas umum. UNRWA, organisasi PBB untuk pengungsi Palestina, menyebut dua dari sekolah-sekolah yang mereka miliki rusak dalam serangan udara Israel. Setidaknya, ada 29 kelas hancur.
Konflik memicu respons dari negara-negara lain karena ada kekhawatiran permusuhan ini bisa tak terkendali. AS mengirim utusan, Hady Amr. Sedangkan upaya gencatan senjata oleh Mesir, Qatar dan PBB belum menunjukkan kemajuan.
Kemarin, Presiden AS Joe Biden menyerukan pengurangan ekskalasi kekerasan. Dia ingin melihat pengurangan signifikan dalam serangan roket.
Seruan untuk de-ekskalasi juga datang dari Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron mendorong ‘pengulangan pasti’ dari negosiasi Israel-Palestina yang lama beku.
Pertempuran ini jelas membawa beban baru selain covid-19. Assad Karam, seorang pekerja konstruksi mengeluhkan saat ini warga harus menghadapi dua musuh sekaligus.
“Kami menghadapi Israel dan covid-19. Kami di antara dua musuh,” ujar Karam seperti dikutip dari Reuters.
Sejauh ini sekitar 1.750 roket sudah ditembakkan ke Israel. Militer Israel mengatakan sebanyak 300 roket jatuh dekat Jalur Gaza.
Brigadir Jenderal Hidai Zilberman, juru bicara militer Israel, mengatakan serangan roket terhadap kelompok militan ‘mengganggu aktivitas Hamas’, tetapi ini belum titik di mana pihaknya akan menghentikan serangan.
“Itu lebih sulit buat mereka, tapi kami harus terus terang bahwa Hamas adalah kelompok terorganisir, memiliki kapabilitas untuk melanjutkan tembakan selama beberapa hari lebih di lokasi yang sudah ditargetkan di Israel,” katanya dalam wawancara stasiun TV Israel.