SEMARANG, Kabarberita.id – Novelis Habiburrahman El Shirazy yang akrab disapa Kang Abik mengakui kisah romantika dalam novelnya yang kembali difilmkan, Ayat-Ayat Cinta 2 mengajarkan tentang kesetiaan.
“Ada banyak pesan dari kisah AAC 2, ada cinta, keberagaman, cinta Tanah Air, kesetiaan. Fahri itu setia sekali sama Aisha,” katanya di sela jumpa pemeran Film AAC 2 di Semarang, Selasa (12/12) malam.
Film AAC 2 yang rencananya dirilis pada 21 Desember 2017 itu merupakan kelanjutan dari film sebelumnya dengan judul sama yang menempatkan Fahri, diperankan oleh Fedi Nuril sebagai tokoh sentral.
Dikisahkan, Fahri memilih tinggal di Edinburgh, Skotlandia, kota yang sangat disukai Aisha, istrinya, dalam usaha pencariannya terhadap sang istri yang hilang saat perjalanan ke Palestina bersama sahabatnya.
Diakui Kang Abik, ada banyak perbedaan AAC dengan AAC 2, seperti lokasi yang berbeda pada film pertama di Kairo, Mesir, sekarang di Edinburgh, Skotlandia yang karakter orangnya juga tidak sama.
“Tokohnya memang masih sama, Fahri. Tetapi, sudah 10 tahun berlalu. Sekarang Fahri sudah bukan mahasiswa lagi, melainkan profesional, businessman sukses di negara orang, intelektual juga,” katanya.
Romantika dalam cerita pasti ada, kata sosok kelahiran Semarang, 30 September 1976 itu, tetapi pastinya lebih rumit dan jelas berbeda dengan beragam tantangan yang dihadapi dibandingkan film versi pertama.
Bagi Kang Abik yang kali keenam ini novelnya difilmkan, ada perbedaan antara novel dan film, sebab novel adalah karya murni pribadi sang penulis dengan autoritasnya, sedangkan film adalah karya bersama.
“Sebagai karya bersama, tidak bisa mutlak-mutlakan harus begini-begitu. Beda sama novel. Namun, konteksnya secara prinsip ada beberapa karakter yang harus dijaga, seperti Fahri,” pungkas Kang Abik.
Sang pemeran utama, Fedi Nuril pun mengakui berbagai pengalaman baru yang didapatnya dari syuting Film AAC 2, seperti kedatangan pertama di Edinburgh, Skotlandia, yang bertepatan dengan Idul Adha.
Shalat Ied di negara orang, diakui aktor kelahiran Jakarta, 1 Juli 1982 itu, menjadi pengalaman pertamanya yang membuatnya merasakan menjadi minoritas, tetapi justru mengasah karakternya sebagai Fadli.
“Setelah shalat Ied, saya bersalaman dengan jamaah-jamaah lain, berpelukan, merasakan mereka seperti keluarga sendiri. Justru itu permulaan tepat yang sangat membentuk karakter Fahri,” ungkapnya.
Sementara itu, Guntur Soeharjanto sebagai sutradara menegaskan selalu berusaha membuat film yang sebaik mungkin karena menjadi medium ekspresi, sekaligus membawa pesan kepada penonton.
“Penonton harus bisa menangkap pesannya. Memang, setiap orang punya pengalaman berbeda ketika menonton. Yang terpenting, film harus membawa nilai kebaikan, itu penting bagi saya,” pungkasnya.
Sederet aktor dan aktris kawakan Indonesia ambil bagian dalam film itu, seperti Mathias Muchus, Dewi Sandra, Dewi Irawan, kemudian Chelsea Islan (Keira), Pandji Pragiwaksono, dan Tajtana Saphira.