Jakarta, KabarBerita.id — Filipina dan Vietnam menekan China lantaran ratusan kapalnya masuk wilayah sengketa Laut China Selatan tempo hari.
Presiden Filipina Rodrigo Doterte menyampaikan keprihatinannya kepada duta besar China mengenai kapal-kapal Tiongkok yang tertambat di Laut China Selatan.
“Presiden mengatakan kami sangat prihatin. Setiap negara akan prihatin dengan jumlah kapal itu,” kata juru bicara Duterte Harry Roque dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Kamis (25/3).
Roque mengatakan dalam konferensi pers itu Duterte menegaskan kembali kepada duta besar China, Huang Xilian, bahwa Filipina memenangkan kasus arbitrase penting pada tahun 2016. Sehingga semakin memperjelas kedaulatannya di tengah klaim yang bersaing dengan China.
Putusan itu juga membatalkan klaim 90 persen garis putus-putus China atas Laut China Selatan.
Senada, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam Le Thi Thu Hang mengatakan kapal-kapal China di terumbu karang melanggar kedaulatannya.
“Vietnam meminta China menghentikan pelanggaran ini dan menghormati kedaulatan Vietnam,” kata Hang dalam konferensi pers rutin.
Sebuah kapal penjaga pantai Vietnam terlihat ditambatkan di dekat daerah yang disengketakan, menurut data pelacakan kapal yang diterbitkan oleh situs web Marine Traffic, Kamis (25/3).
Hang mengatakan penjaga pantai Vietnam “menjalankan tugasnya sebagaimana diatur oleh hukum”, termasuk hukum internasional.
Langkah Filipina sejauh ini telah mengajukan protes diplomatik atas lebih dari 200 kapal yang diyakini tertambat di Whitsun Reef dalam Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) 200 mil Manila.
Amerika Serikat, jepang dan Kanada juga menyatakan kewaspadaannya terhadap kapal China tersebut.
Kedutaan Besar China di Manila sejauh ini masih belum memberi tanggapan mengenai hal tersebut.
Laut China Selatan masih menjadi wilayah konflik hingga sekarang, banyak negara yang mengklaim memiliki teritorial di wilayah tersebut. Di antaranya, Brunei, Malaysia, Taiwan, Cina Vietnam, dan Filipina.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, melontarkan protes terhadap China yang dianggap melakukan invasi karena 200 kapal negara itu terlihat di daerah sengketa LCS.
AFP melaporkan bahwa coast guard Filipina sudah mendeteksi keberadaan kapal-kapal tersebut di Whitsun Reef, sekitar 320 kilometer dari Pulau Palawan, sejak 7 Maret lalu.
“Kami mendesak China untuk menghentikan invasi ini dan segera menarik kapal-kapal yang melanggar hak maritim kami dan melanggar batas wilayah kedaulatan kami,” ujar Delfin Lorenzana.
“Ini merupakan aksi provokasi yang sangat jelas untuk memiliterisasi area ini. Wilayah ini berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.”
Menanggapi protes Filipina, Amerika Serikat mendukung sekutu diplomatiknya itu yang tengah kisruh dengan China.
Pemerintah China menyatakan alasan 200 kapal nelayan melego jangkar di kawasan gugus karang Whitsun di Laut China Selatan dekat Filipina akibat cuaca buruk.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, dalam jumpa pers di Beijing pada Senin (22/3)mengatakan gugus karang Whitsun adalah bagian dari Kepulauan Spratly yang diklaim sebagai wilayah kedaulatan pemerintah China.