Jakarta, KabarBerita.id — Kasus gangguan ginjal misterius mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Kasusnya yang muncul dengan tiba-tiba memicu keresahan.
Penyakit ini menyerang organ ginjal pada anak. Tanda awalnya umumnya diperlihatkan dengan berkurangnya intensitas buang air kecil atau menurunnya produksi urine.
Berikut ini merupakan beberapa fakta gangguan ginjal misterius pada anak yang perlu diketahui sejauh ini.
1. Serang 131 anak
Kasus ini ditemukan sepanjang tahun 2022 dan hingga saat ini sebanyak 131 kasus telah ditemukan.
Angka tersebut didapat berdasarkan laporan dari 14 cabang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di provinsi.
IDAI juga melaporkan bahwa tren kasus sempat memuncak pada September lalu. Namun telah menurun mulai Oktober ini.
2. Didominasi pasien balita
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, Eka Laksmi Hidayati mengatakan bahwa rata-rata pasien berusia di bawah lima tahun.
Namun ada juga beberapa pasien di DKI Jakarta yang berusia 8 tahun. Di luar Jakarta juga tercatat beberapa pasien berusia belasan tahun.
3. Gejala awal demam dan diare
Umumnya pasien datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi kurang lebih seragam. Mereka mengalami gejala seperti demam, diare, dan muntah.
Selain itu, pasien juga dilaporkan mengalami penurunan intensitas buang air kecil dalam sehari atau bahkan tidak sama sekali.
Diketahui Anak-anak tidak mengalami sakit perut, dan ginjalnya tidak memproduksi air seni.
4. Penyebabnya belum diketahui
Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebabnya hingga saat ini. Investigasi yang dilakukan IDAI juga belum memberikan titik terang.
5. Tak terkait konsumsi obat-obatan
IDAI menegaskan bahwa gangguan ginjal misterius ini bukan disebabkan oleh konsumsi obat tertentu.
Sebelum dikabarkan puluhan anak di Gambia, Afrika Barat meninggal dunia akibat gagal ginjal setelah mengonsumsi obat batuk yang mengandung paracetamol.
6. Sempat diduga efek samping Covid-19
Sebelumnya para ahli menduga ada hubungan antara gangguan ginjal misterius dengan Covid-19. Beberapa pasien dilaporkan memiliki antibodi Covid-19.
Namun demikian berdasarkan diskusi dan analisis kasus lebih lanjut IDAI menemukan banyak juga pasien yang tak memiliki riwayat Covid-19.