Berita  

Diana Dewi dan Perlawanannya Hadapi Corona

KabarBerita.id — Sosok perempuan berbatik merah dengan motif hitam terlihat cukup sibuk di kantor Balaikota Depok, Jawa Barat. Dengan mengenakan masker, ia memastikan semua bantuan senilai Rp 1 Miliar siap dipindahtangankan ke Pemerintah Kota Depok. Ya, Rp 1 Miliar dari kocek pribadi untuk penanganan pencegahan Covid-19 lewat Pemerintah Kota Depok.

Perempuan ini bernama Diana Dewi. CEO PT Suri Nusantara Jaya ini memberikan uang tunai Rp 250 juta, sembilan bahan pokok (sembako), alat perlindungan diri (APD) serta 5.000 alat rapid test. Totalnya Rp 1 Miliar. Dari kantongnya sendiri.

Ia pun rajin setiap hari mengirimkan 1.000 nasi bungkus ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di Depok. Ia sudah memulai pembagian 1.000 nasi bungkus setiap hari ini sejak awal April hingga sebulan penuh.

Soal bantuan COVID-19 ini bukan yang pertama. Sebelumnya sosok Ketua Kadin DKI Jakarta ini sudah mendatangi Balaikota DKI Jakarta. Ia ikut tergerak usai melihat Gubernur DKI Jakarta memberikan fasilitas hotel bagi tenaga kesehatan.

Sejak awal ia dan teman-teman Kadin DKI Jakarta memang ingin membantu. Terutama pengadaan Alat Pelindung Diri (APD). Namun, waktu memburu. Pesanan APD belum jua hadir. Usai melihat bantuan penginapan untuk tenaga kesehatan, Diana langsung terpikir dukungan sembako.

Jadilah ia membawa 2,5 ton beras, 500 bungkus minyak goreng, 500 bungkus terigu, 500 kue kaleng. Untuk APD ia baru bisa mengumpulkan 200 galon hand sanitizer, 750 pasang sarung tangan karet dan 12 unit bilik sterilisasi.

“Kebetulan Pak Anies kasih tempat untuk paramedis di hotel milik BUMD. Saya berpikir selain kebutuhan APD itu pastinya ada kebutuhan sembako. Jadi kami dukung dengan bantuan sembako,” ungkap Diana kepada kabarberita.id

Sebagai Ketua Kadin yang baru dilantik pada 2019, Diana ingin memberi contoh. Ia menyebut memang ada dana milik asosiasi, tetapi peruntukannya untuk program.

Diana mengaku tak ingin mengganggu dana milik asosiasi yang sudah diplot sebagai dana program. Sementara yang dibutuhkan saat ini adalah dana sosial yang harus segera cepat disalurkan.

“Kadin sudah ada dana kegiatan dan program dari teman-teman. Jadi kalau masih harus dimintai lagi teman-teman pengusaha juga kasihan. Jadi kami mencontohkan saja nanti teman-teman biasanya mengikuti. Setelah kami contohkan ada yang bantu misalnya kue yang tahan lama, atau produk kelapa yang dibuat nata de coco untuk nutrisi para tenaga kesehatan ya,” ujarnya.

Hobi di Dunia Sosial

Diana memang senang dengan kegiatan sosial. Ia sudah lama melakukannnya di Depok, kota tempat domisilinya. Ia senang berbagi dengan anak-anak yatim. Biasanya setahun dua kali. Bulan Muharram dan bulan Ramadhan.

Kebijakan sosial ini juga ia terapkan di usahanya, PT Suri Nusantara Jaya. Setahun dua kali ia memberangkatkan umrah untuk karyawan. Saat Idul Adha juga ia merasa berkewajiban membagikan daging kurban kepada lingkungan perusahaan.

Kebiasaan sosial ini lantas ia bawa di Organisasi. Saat mendapatkan amanah memimpin Kadin DKI Jakarta, program yang ia lakukan adalah santunan ke rumah jompo pada ultah Kadin November 2019.

Memasuki awal 2020, DKI Jakarta dilanda banjir besar. Ia bersama Kadin dan lembaga sosial bergandengan tangan dengan Pemprov DKI turun untuk menanggulangi banjir.

“Sebagai salah satu asosiasi yang bukan fokus di sosial, Kadin termasuk yang terdepan saat Banji. Kami bersama beberapa lembaga seperti ACT, Dompet Dhuafa dan lembaga lain langsung MoU dengan Pak Anies untuk penanggulangan banjir,” papar Diana.

Diana mengaku terpanggil dengan dunia sosial karena pengalaman hidupnya. Ia memang harus berjuang dari bawah. Perempuan kelahiran 27 Juli 1965 ini juga berpikir jauh saat memberikan bantuan ke orang atau pihak lain. Ibarat pepatah terkenal, ia tak ingin memberikan ikan tapi memberikan pancing dan cara merawat pancing itu.

Diana bercerita suatu kali ia dimintai tolong seorang ibu yang habis ditinggal wafat suami. Sang ibu ingin bekerja di tempat Diana guna mencukupi kebutuhan tiga anaknya. Diana pun menolak memberikan pekerjaan. Penolakannya bukan tanpa alasan.

“Saya tanya lulusan apa? SMA. Sekarang kita hitung kalau lulusan SMA kerja maksimal dapat Rp 5 juta. Anak tiga harus sama pembantu. Sisa bayar pembantu tinggal Rp 3,5 belum untuk ongkos. Dan yang lebih mahal, ongkos kebersamaan orang tua dengan anaknya yang masih kecil. Perhatian ibu itu nilainya lebih tinggi,” papar Diana.

Usai menolak menerima sang ibu, Diana menawarkan solusi. “Lebih baik kamu berjualan jadi reseller saya. Sebulan dapat Rp 3 juta tapi tetap di rumah bersama anak-anak,” papar dia.

Itu satu contoh diantara banyak contoh interaksi Diana dengan teman-teman yang kurang beruntung secara ekonomi. Aktivitas sosialnya dipastikan akan terus disalurkan. Diana mengaku kini ia menggandeng Balai Latihan Kerja (BLK) dan anak-anak SMK jurusan tata busana untuk mengejar produksi APD secara mandiri.

“Kadin DKI bekerjasa sama BLK dengan kepala dinas tenaga kerja kita kumpulkan SMK bidangnya tata busana. Kita juga gandeng asosiasi konvenksi. Kita pakai BLK selain memberdayakan UMKM kita mempercepat produksi APD yang langka di pasaran,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan