Berita  

Dakwah UAS Dihalangi, PBNU: Dia Harus Klarifikasi Dong

Jakarta, KabarBerita.id — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menanggapi polemik yang menerpa Ustaz Abdul Somad. Seperti diketahui, mubaligh tersebut mengalami sejumlah resistensi saat hendak berceramah di Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Dalam kasus ini, kelompok Patriot Garuda Nusantara (PGN) telah menuding pengurus NU Riau (2009-2014) itu sebagai “corong dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).”

Melalui surat kepada Kapolda Jawa Tengah, PGN juga mendesak kepolisian agar tidak mengizinkan tabligh akbar yang mengundang Ustaz Abdul Somad di Pedurungan, Mijen, Semarang, pada 30-31 Juli 2018.

Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani mengingatkan, insiden penolakan terhadap dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu bukan kali ini saja. Dia berpendapat, Ustaz Abdul Somad sebaiknya menyampaikan terlebih dahulu klarifikasi kepada publik untuk menyangkal tudingan-tudingan.

“Ya perlu (klarifikasi) dong. Jalan tengahnya, dia (Ustaz Abdul Somad) klarifikasi terlebih dahulu sebelum (menghadiri acara). Menjelaskan tentang jejak-jejak digitalnya,” kata Abdul Manan Ghani melalui sambungan telepon, Sabtu (28/7) seperti dilansir dari Republika 

Adapun rekaman digital yang dimaksud, menurutnya, adalah video yang sempat heboh karena di dalamnya Ustaz Abdul Somad mengomentari HTI dan peraturan daerah (perda) syariah. Bagi Ghani, dai tersebut perlu mempertegas posisinya sekarang mengenai dua isu sensitif itu. Tidak cukup hanya menunjukkan, belakangan ini diundang pihak-pihak nasional, seperti Dewan Masjid Indonesia (DMI), Polri, atau TNI.

“Jadi tentang jejak digital itu, harus disampaikan (posisi Ustaz Abdul Somad) terlebih dulu. Itu pendapat saya,” ujarnya.

Tentang HTI, Ghani mengingatkan, organisasi tersebut anti-Pancasila dan anti-NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Statusnya pun terlarang sejak Perppu Nomor 2 Tahun 2017 berlaku.

“Kita sepakat Indonesia sebagai negara Darul ‘Ahdi wa Syahadah, negara perjanjian, maka itulah yang harus kita junjung tinggi. Enggak boleh diingkari perjanjian itu. Di mana-mana, (gerakan semisal HT –Red) hanya membikin keruh negara. Mana ada contoh yang sukses? Libya, hancur. Suriah, Yaman, Afghanistan, begitu juga,” paparnya.

Tinggalkan Balasan