Jakarta, KabarBerita.id — Korea Utara Mengarahkan sejumlah pasukan militer untuk membantu mengatasi wabah Covid-19 Yang terus meluas di negara terisolasi tersebut.
Kasus pertama di Korea Utara muncul pada pekan lalu setelah tiga tahun negara pemerintahan pemimpin tertinggi Kim Jong-Un mengklaim berhasil mencegah virus Corona masuk.
Dilansir KCNA Media corong pemerintah Korut, melaporkan pengerahan pasukan militer dilakukan untuk membantu memasok obat-obatan di ibu kota Pyongyang.
Sejumlah anggota senior partai buruh Korea utara juga mengunjungi toko reformasi serta apotik di seluruh kota untuk memeriksa pasokan dan permintaan obat obatan. Langkah tersebut ditempuh setelah pemimpin Korea Utara mengatakan distribusi obat tidak efektif.
Dikutip Reuters, mereka menyerukan supaya aturan yang lebih ketat dibuat demi menjaga dan menangani kesehatan dengan tetap menjaga prinsip mengutamakan permintaan dan kenyamanan masyarakat.
Mayoritas obat yang telah didistribusikan di Korea Utara merupakan obat penghilang rasa sakit dan penurun demam. Namun obat tersebut dinilai tidak ampuh melawan virus Corona.
Selain mendistribusikan obat, pemerintah Korut juga menganjurkan warga untuk rajin menjaga kebersihan dan kesehatan seperti sering berkumur dengan air garam.
Pihak berwenang Korut juga terus meningkatkan upaya tracing kasus Covid-19. Sekitar 11 ribu pejabat kesehatan, guru, dan mahasiswa kedokteran bergabung untuk menelusuri masyarakat yang punya gejala Covid-19 atau kontak erat dengan pasien positif virus corona.
Kim Jong-un juga memerintahkan pembatasan aktivitas hingga lockdown di setiap kota dan kabupaten. Namun, berbagai sektor ekonomi nasional masih mempertahankan produksi dan konstruksi dengan tetap berpegang pada langkah-langkah pencegahan Covid-19.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan Covid-19 akan menyebar secara luas di Korut. Hal ini diduga lantaran pemerintah menolak program vaksin dan bantuan komunitas internasional.
Per Selasa (16/5) malam, Badan pencegahan epidemi darurat Korut melaporkan ada sebanyak 269.519 orang memiliki gejala demam yang diduga terkait Covid-19. Sementara itu 56 orang dilaporkan meninggal.
Korut belum melangsungkan program vaksinasi pada warganya dan hanya memiliki kemampuan pengujian Covid-19 yang terbatas.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran betapa sulit menilai seberapa luas dan cepat wabah ini menyebar di Korut, termasuk memverifikasi jumlah kasus dan kematian yang dikonfirmasi.
Menurut Lee Jae-gap, Fakultas Kedokteran Universitas Hallym, jumlah kematian akan melonjak seiring berjalannya waktu. Namun Pyongyang bisa saja terbuai dengan angka yang rendah untuk menghindari krisis politik.