Jakarta, KabarBerita.id — China menggelar simulasi perang di Laut Timur dekat Taiwan pada Selasa (13/6). Ini termasuk latihan menembak dari kapal perang.
Latihan tersebut berlangsung di dekat Pulau Dachen. Pulau ini sempat dikuasai Taiwan dan menjadi pangkalan mereka sebelum pasukan China merebutnya pada 1955.
Meski ada latihan tembak dari kapal perang, Administrasi Maritim Keamanan China menyatakan tak ada peringatan zona berlayar dari pagi hingga siang di area di luar kota Taizhou, Provinsi Zhejiang.
Simulasi perang lain berlangsung di lokasi yang sama hingga malam hari, demikian dikutip Reuters.
China juga akan menggelar latihan militer terpisah di bagian utara Laut Timur hingga Rabu siang.
Simulasi tersebut bertepatan dengan latihan militer di Laut Filipina yang dimulai pada Jumat. Latihan ini melibatkan militer dari Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Prancis.
Latihan itu termasuk dua kapal perang yang dipimpin AS, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan.
Latihan militer China di dekat Taiwan bukan kali pertama. Pada April lalu, China menggelar latihan militer untuk merespons pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Kevin McCarthy di Los Angeles pada 5 April.
Usai latihan berakhir, militer China menegaskan siap menyerang setiap saat. Mereka juga menyatakan bisa berperang kapan saja untuk menghancurkan segala bentuk ‘kemerdekaan Taiwan’ dan upaya campur tangan asing.
Usai latihan itu berakhir, militer China menegaskan siap untuk menyerang setiap saat dan bisa berperang kapan saja untuk menghancurkan segala bentuk ‘kemerdekaan Taiwan’ dan upaya campur tangan asing.
“Lihatlah latihan militer, dan juga retorika mereka. Mereka tampaknya berusaha bersiap melancarkan perang melawan Taiwan,” kata Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, Senin (11/4).
Pada Agustus 2022 lulu, China juga menggelar simulasi perang dekat Taiwan. Lokasi latihan bak mengepung pulau tersebut.
Latihan itu sebagai bentuk protes China atas kunjungan ketua DPR AS sebelumnya Nancy Pelosi ke Taipei.
Pemerintah Beijing telah memperingatkan agar lawatan itu dibatalkan. Mereka menyatakan bakal menanggapi dengan tindakan militer jika kunjungan betul terjadi.
Namun, Taipei dan Washington abai. Kunjungan tetap terjadi, dan China pun murka dengan menggelar latihan militer besar-besaran.