Cerita Tentang Azimat CPNS dan Angka Pengangguran

Jakarta –

Cerita lucu itu beredar begitu cepat di kalangan pegawai Badan Kepegawaian Negara (BKN) dari tingkat pusat sampai daerah sejak dua pekan lalu. Seorang perempuan calon pegawai negeri sipil (CPNS) diketahui menyimpan azimat di dadanya saat ujian di Yogyakarta.

Peristiwa ini terbongkar ketika petugas melihat kejanggalan pada fisik si perempuan. Setelah diperiksa ternyata itu adalah sebuah azimat. “Ketahuan itu karena di dadanya kayak ada yang membesar. Pas dibuka ternyata jimat,” kata Kepala Biro Humas BKN Mohammad Ridwan kepada detikcom, Rabu (18/10/2017).

Selain membawa azimat, ada juga yang berusaha menghadapi ujian CPNS dengan berburu soal, menambah kuantitas ibadah hingga belajar tak kenal waktu. Tentu semua itu dilakukan agar bisa lulus.

Sejak dilakukan moratorium CPNS selama beberapa tahun dan kemudian dicabut tahun ini minat pencari kerja dengan mendaftar jadi abdi negara begitu tinggi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pemerintah memang membuka kembali pendaftaran PNS untuk mengurangi pengangguran.

Selain CPNS, pemerintah juga membuka lowongan pekerjaan untuk pegawai di BUMN. Tujuannya sama, mengurangi pengangguran.

“Pada tahun ini telah dibuka juga penerimaan untuk PNS itu 43 ribu, kemudian penerimaan untuk BUMN 17 ribu. Kalau tambah proyek gede-gede ini 10 ribu. Nah 10 ribu, misalnya di Sumatera, Kalimantan ada ini akan mengurangi pengangguran yang banyak,” begitu kata Jokowi saat meresmikan pembangunan PLTU di Banten, Kamis (5/10/2017).

Cerita Tentang Azimat CPNS dan Angka PengangguranFoto: Erwin Dariyanto/detikcom

Di tiga tahun usia pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, pengangguran masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Angka pengangguran memang mengalami penurunan. “Namun jumlah penurunannya tidak signifikan,” kata Ekonom Prof Didik Rachbini saat berbincang dengan detikcom, Kamis (19/10/2017).

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah pengangguran pada Februari 2017 sebanyak 5,33 persen atau 7,01 juta jiwa. Angka ini hanya turun 0,17 persen atau 10.000 orang saja dari Februari 2016.

Sebagai catatan, jumlah angkatan kerja per Februari 2017 tercatat 131,55 juta orang. Angka ini naik 3,88 juta orang dibandingkan Februari 2016. Sementara penduduk yang bekerja sebanyak 124,54 juta orang atau naik sekitar 3,89 juta orang dibandingkan Februari 2016.

Menurut Didik sejumlah proyek infrastruktur yang dibangun pemerintahan Jokowi saat ini tak mampu menyerap banyak tenaga kerja. Ini lantaran proyek-proyek tersebut menggunakan teknologi tinggi dan bukan padat karya, seperti pembangunan LRT (light rail transit) Cawang – Cibubur.

Dihubungi terpisah, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara malah menyebut telah terjadi penurunan tenaga kerja di sektor konstruksi. Jika di tahun 2015 jumlahnya mencapai 8,21 juta, pada 2016 tinggal 7,98 juta jiwa.

“Artinya, terjadi pengurangan penyerapan tenaga kerja sebesar 230 ribu orang di sektor konstruksi,” kata Bhima.

Ia sependapat dengan Didik bahwa sejumlah proyek infrastruktur saat ini tak banyak menyerap tenaga kerja lantaran menggunakan teknologi tinggi. Dia mencontohkan proyek simpang susun Semanggi yang dibangun dengan teknologi tinggi dan waktu cepat. Akibatnya, meski banyak proyek infrastruktur, angka pengangguran di tiga tahun usia pemerintahan Jokowi-JK hanya mengalami penurunan yang tak signifikan.

Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional, Arif Budimanta memiliki data lain. Selama kurun waktu Februari 2015 hingga Februari 2017 ada 3.692.028 jiwa tenaga kerja baru terserap. Walhasil angka tingkat pengangguran pun turun.

Tingkat pengangguran pada Februari 2017 yang sebesar 5,3 persen, kata dia, adalah yang terendah sejak 18 tahun terakhir. “Tingkat pengangguran 5,3% merupakan angka terendah sejak 199,” kata Arif.

Menurut dia pembangunan infrastruktur memiliki dampak jangka pendek, menengah dan panjang. Dalam jangka pendek, proyek konstruksi akan menyebabkan terserapnya tenaga kerja. Setelah itu akan terjadi kemudahan akses yang memacu sektor riil bergerak sehingga menjaga stabilitas ekonomi yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja.

“Karena infrastruktur adalah prasyarat utama untuk industrialisasi,” kata Arif.

 

Tinggalkan Balasan