BPS Mengungkap Cabai Rawit sebagai Penyebab Utama Inflasi di NTB pada Juli 2024

Mataram, KabarBerita.id — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan terjadinya inflasi bulanan sebesar 0,35 persen pada Juli 2024. Menurut BPS, kenaikan harga cabai rawit merupakan faktor utama penyebab inflasi di NTB pada bulan tersebut.

 

Kepala BPS NTB, Wahyudin, menjelaskan bahwa harga cabai rawit mengalami lonjakan signifikan di berbagai kabupaten dan kota di NTB dalam sebulan terakhir, dengan kenaikan mencapai hingga 100 persen.

 

“Cabai rawit menjadi salah satu komoditas utama yang berkontribusi terhadap inflasi bulan ini,” ujar Wahyudin pada Kamis (1/8/2024).

 

Wahyudin juga menguraikan beberapa komoditas lain yang turut mempengaruhi inflasi di NTB, antara lain cabai rawit dengan kontribusi sebesar 0,12 persen, ikan layang/ikan benggol 0,02 persen, angkutan udara 0,02 persen, rekreasi 0,02 persen, dan sigaret kretek mesin 0,02 persen.

 

“Cabai rawit menunjukkan kenaikan harga yang cukup signifikan, terutama di wilayah dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) seperti Kota Mataram, Sumbawa, dan Kota Bima,” tambahnya.

 

Untuk rincian penyumbang inflasi di Kota Mataram pada Juli 2024, Wahyudin mencatat bahwa cabai rawit berkontribusi 0,10 persen, kangkung 0,04 persen, angkutan udara 0,04 persen, bimbingan belajar 0,03 persen, dan pisang 0,02 persen. Di Kabupaten Sumbawa, cabai rawit menyumbang 0,17 persen pada IHK, diikuti oleh beras 0,05 persen, rekreasi 0,05 persen, sigaret kretek mesin 0,05 persen, dan ikan layang 0,04 persen. Sedangkan di Kota Bima, cumi-cumi menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan 0,05 persen, disusul ikan layang 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen, anggur 0,03 persen, dan salak 0,02 persen.

 

Di sisi lain, beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Juli 2024 termasuk tomat dengan kontribusi deflasi 0,18 persen, bawang merah 0,15 persen, daging ayam ras 0,12 persen, telur ayam ras 0,05 persen, serta kubis 0,03 persen. Wahyudin mencatat bahwa penurunan harga ini disebabkan oleh melonjaknya hasil panen dari komoditas-komoditas tersebut.

 

“Perlu dilakukan operasi pasar untuk menanggulangi fluktuasi harga beberapa komoditas,” tambah Wahyudin.

 

Pantauan di Pasar Mandalika, Kota Mataram, menunjukkan bahwa harga cabai rawit mulai merangkak naik sejak awal Juli, mencapai Rp 65 ribu hingga Rp 68 ribu per kilogram, dibandingkan dengan harga sebelumnya yang berkisar antara Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram.

 

Sebaliknya, harga tomat dan bawang merah mengalami penurunan drastis akibat melimpahnya hasil panen. Harga tomat yang sebelumnya bisa mencapai belasan ribu rupiah per kilogram kini turun menjadi Rp 2.500 per kilogram, sementara bawang merah turun dari Rp 40 ribu menjadi Rp 11 ribu per kilogram.

 

“Stok yang melimpah menyebabkan harga tomat dan bawang merah jatuh drastis,” kata Siti, salah seorang pedagang di Pasar Mandalika. Rohmah, pedagang lain, menambahkan bahwa banyaknya stok bawang merah dari pengepul menyebabkan penurunan harga tersebut.

Tinggalkan Balasan