JAKARTA, Kabarberita.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringantan cuaca ekstrem untuk seluruh wilayah Jawa yang berlaku 26 – 28 November 2017. Peringatan khususnya untuk terjangan angin kencang bersamaan dengan hujan yang juga disertai dengan kilat dan petir.
Seperti dikutip Kabarberita.id dari laman BMKG pada Senin (27/11/2017), khusus di wilayah Jawa Timur, masyarakat harus waspada dengan potensi angin kencang dan puting beliung di wilayah Surabaya, Lamongan, Sidoarjo, Gresik, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Sumenep, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Mojokerto dan Jombang.
Potensi hujan lebat hingga ekstrem di wilayah Jawa Tengah akan terjadi di Ambarawa, Majenang, Wonosobo, Ungaran, Temanggung, Sragen, Semarang, Salatiga, Purworejo, Purwokerto, Purwodadi, Purbalingga, Pati, Mungkid, Magelang, Kendal, Kebumen, Jepara, Demak, Cilacap, Boyolali, Blora, Batang, dan Banjarnegara.
Sementara potensi angin kencang dan puting beliung di Jawa Barat akan terjadi di Bogor, Bandung, Sukabumi, Majalengka, Kuningan, Sumedang, Cirebon, Purwakarta, Pangandaran, Indramayu.
Secara umum, masyarakat di Pulau Jawa harus mewaspadai potensi genangan, banjir, banjir bandang maupun longsor di kawasan yang berpotensi hujan lebat. Selain itu, otoritas transportasi juga diminta untuk waspada terhadap potensi genangan yang bisa muncul di jalan raya, jalur kereta api dan bandar udara.
Pernyataan BMKG menyebutkan bahwa potensi puting beliung dan angin kencang akan terjadi pada sore hingga menjelang malam hari.
Dengan kondisi tersebut, dikarenakn hujan yang terjadi sepajang hari juga akan disertai kilat dan petir dan disarankan tidak berlindung dibawah pohon. BMKG juga menyarankan masyarakat harus menyiapkan diri dengan selalu memawa payung dan jas hujan ketika keluar rumah.
Selain itu, BMKG juga menganjurkan untuk memeriksa kendaraan ketika akan melakukan perjalanan serta memerika ban untuk bersiap kondisi jalanan licin. Selain itu, juga waspada dengan perubahan kondisi cuaca di laut tiba-tiba akibat adanya awan Cumulonimbus. Menunda aktifitas penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda.