Jakarta, KabarBerita.id — Amerika Serikat menawarkan diri untuk membantu memperkuat pertahanan Irak setelah rudal Iran menghantam Kota Arbil. Iran mengklaim, serangan itu sebenarnya menargetkan pusat strategis Israel.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengaku sudah berkonsultasi dengan pemerintah Irak dan pemerintah Kurdi di Arbil untuk membicarakan cara memperkuat pertahanan negara itu.
“Kami sudah berkonsultasi dengan pemerintah Irak dan pemerintah Kurdi untuk membantu mereka mendapatkan kapabilitas pertahanan rudal demi mempertahankan kota-kota mereka,” ujar Sullivan dalam kepada CBS.
Ketika ditanya insiden ini akan berpengaruh terhadap perundingan kesepakatan nuklir Iran yang kini sedang bergulir, Sullivan tak mau banyak bersuara.
“Para juru negosiasi baru saja kembali dan kami harus melihat yang terjadi beberapa hari ke depan dengan tetap menghormati diplomasi terkait kesepakatan nuklir itu,” ucap Sullivan, seperti dilansir Reuters.
Sementara itu, Garda Revolusi Iran mengonfirmasi bahwa mereka memang menembakkan proyektil ke arah Arbil. Namun, Iran mengklaim, serangan itu menargetkan situs yang digunakan Israel di Arbil.
Meski demikian, Gubernur Arbil, Oumid Khouchnaw, menegaskan bahwa tak ada satu pun situs yang digunakan Israel di kawasan tersebut.
Khouchnaw lantas mengungkap, serangan rudal dari arah Iran itu justru jatuh ke kawasan kosong. Namun, bangunan dan rumah-rumah di area itu hancur akibat hantaman rudal Iran.
Kementerian Dalam Negeri Irak sempat menuding Iran sebenarnya menargetkan bangunan baru yang menampung kantor konsulat Amerika Serikat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price, menyatakan tak ada warganya yang menjadi korban serangan ini. Price menegaskan, AS bakal “membantu rekan kami mempertahankan diri.”
Serangan ini sendiri terjadi hampir sepekan setelah Iran bersumpah akan membalas kematian dua pejabat mereka yang tewas akibat serangan di Suriah. Mereka menuding Israel lah yang melakukan serangan itu.