Jakarta, KabarBerita.id — Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya beramai-ramai mengecam aksi China yang menembakkan meriam air ke kapal Filipina di Laut China Selatan akhir pekan lalu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, memperingatkan bahwa Filipina dan negaranya terikat dalam kerja sama pertahanan yang aktif jika terjadi serangan terhadap salah satu pihak.
“AS menegaskan serangan bersenjata terhadap kapal, pesawat, dan angkatan bersenjata Filipina, termasuk terhadap Coast Guard mereka di LCS, akan mengaktifkan komitmen pertahanan bersama AS di bawah Pasal IV dari Kesepakatan Pertahanan Bersama AS Filipina 1951.”
Miller melontarkan kecaman ini setelah militer Filipina melaporkan kapal coast guard China “memblokade dan menembakkan meriam air” ke salah satu kapal mereka pada Sabtu (5/8).
Menurut mereka, kapal itu membawa pasokan makanan, air, dan bahan bakar untuk personel militer mereka di Second Thomas Shoal, Spratly Island, kawasan yang disebut China sebagai Renai Reef.
Angkatan bersenjata Filipina menganggap tindakan China itu sebagai “manuver berbahaya” untuk mencegah kapal mereka membawa pasokan tersebut dan menyelesaikan misinya.
Menurut mereka, tindakan itu “membahayakan nyawa kru Filipina dan melanggar kemanusiaan dan hukum internasional.”
Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, mengungkap menteri luar negerinya sudah melayangkan nota diplomatik “beserta gambar dan video terkait hal yang terjadi” kepada duta besar China di Manila.
Sejumlah negara sekutu AS, seperti Jepang, Australia, Kanada, dan Jerman juga mengecam sikap China tersebut.
Australia, Jepang, dan Jerman menyebut aksi China “berbahaya” dan “merusak stabilitas.”
Sementara itu, Kedutaan Besar Kanada di Manila menegaskan negaranya “terang-terangan mengecam aksi berbahaya dan provokatif yang dilakukan Coast Guard China.”
Menanggapi kisruh ini, China malah menyatakan justru kapal Filipina tersebut yang menerobos wilayah perairan mereka.
“Dua kapal suplai dan dua kapal coast guard Filipina secara ilegal menerobos perairan dekat Renai Reef di Kepulauan Nansha China,” ucap juru bicara Coast Guard China, Gan Yu.
“Coast Guard China menerapkan tindakan pengendalian yang diperlukan sesuai dengan hukum dan mencegah kapal-kapal Filipina itu membawa material konstruksi yang ilegal. Kami mendesak Filipina menghentikan aktivitas terlarang di daerah maritim itu.”
China memang mengklaim nyaris seluruh wilayah di LCS. Beberapa di antaranya tumpang tindih dengan klaim wilayah Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.
Filipina menegaskan klaimnya dengan menempatkan satu kapal bernama BRP Sierra Madre di Second Thomas Shoal pada 1999 silam.
Namun belakangan, Filipina melaporkan kian banyak kapal China yang mengganggu para nelayan mereka di kawasan tersebut.
Pada Desember lalu, Filipina menyatakan “kekhawatiran besar” mereka akan kehadiran kapal-kapal China yang semakin banyak di kawasan itu. Hubungan China dan Filipina pun memanas.