Aria Bima Ingatkan Vaksin tak Dimonolopi Orang Dekat Kekuasaan

Solo, KabarBerita.id — Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengajak semua kalangan berlomba-lomba untuk ikut mengatasi virus Corona di tanah air. Pernyataan tersebut disampaikan Bima, menjawab pertanyaan wartawan terkait Vaksin Nusantara yang diinisiasi oleh mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto.

“Vaksin Sinovac maupun Merah Putih kan, di dalam keputusan DPR termasuk Presiden, masih membuka ruang kepada seluruh masyarakat baik dalam dunia akademis maupun dunia medis, untuk terus mencari temuan-temuan. Supaya pengatasan virus, penularannya, kaya UGM dapat GeNose. Semua berlomba-lomba, mari kita jor-joran untuk mikir rakyat, berkaitan dengan mengatasi virusnya, memperkecil penularannya dan mengatasi dampak ekonominya,” ujar Bima di sela pembagian sembako di Rusunawa Semanggi, Solo, Sabtu (20/2).

Bima mengajak masyarakat untuk saling memberikan ruang dan jangan sampai menutup partisipasi orang lain. DPR sendiri, lanjut dia, sudah mengizinkan untuk adanya vaksin non komersial, maupun vaksin mandiri. Namun ia berpesan agar vaksin mandiri tersebut bertujuan untuk mencari keuntungan atau profit oriented.

“Tapi vaksin mandiri jangan sampai ke profit oriented, jangan ke kompetisi yang tidak fair. Semua diberi ruang, BUMN nggak boleh monopoli, privat nggak boleh monopoli. Regulasi harus memberikan ruang yang sama, untuk semua bisa mengakses vaksin,” tandasnya.

“Karena terus terang, itu juga mengurangi APBN yang harus saya keluarkan. Yang vaksin-vaksin untuk rakyat, biarkan untuk yang lebih membutuhkan. Yang bisa vaksin dengan membayar sendiri, ya biar membayar sendiri. Maka itu BUMN, apakah itu privat. Jangan sampai ini dimonopoli oleh orang orang yang dekat dengan kekuasaan, semua dapat akses yang sama,” tegasnya.

Namun demikian, lanjut dia, semua harus tetap dalam kontrol. Karena hal tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Walaupun vaksin mandiri, tetap harus dikontrol oleh Kemenkes maupun instansi lain, karena menyangkut kesehatan.

“Untuk vaksin temuan dr Terawan, ya tetap kita hargai, tetapi hormati. Jangan terus setiap ada penemuan anak bangsa ini kita caci maki sendiri. Beri dukungan, boleh dikritisi dalam konteks akademis maupun dalam konteks medis. Tapi tidak boleh saling menegasikan. Mau ITB, mau UGM mau ITB atau kedokteran, semua berlomba-lomba untuk menunjukkan partisipasi publik, bahwa kita ini gotong-royong dalam arti sesungguhnya itu tidak hanya secara fisik, tapi juga secara intelektual,” terangnya.

Tinggalkan Balasan