Apa Penyebab Perempuan Lebih Sering Migrain daripada Laki-laki?

Jakarta, KabarBerita.id — Perbedaan frekuensi migrain antara perempuan dan laki-laki telah menjadi sorotan penelitian medis. Meskipun kedua jenis kelamin dapat mengalami migrain, perempuan cenderung lebih rentan terhadapnya. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association, terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa perempuan lebih sering mengalami migrain dibandingkan laki-laki.

 

Pertama-tama, hormon memainkan peran penting dalam kecenderungan migrain pada perempuan. Hormon seperti estrogen dan progesteron, yang mengatur sejumlah fungsi biologis dan memengaruhi aktivitas kimia di otak, dapat memicu migrain. Dr. Jan Lewis Brandes, seorang ahli saraf, menjelaskan bahwa fluktuasi hormonal, terutama yang terjadi sebelum atau selama menstruasi, dapat memicu serangan migrain. Pada periode menstruasi, penurunan kadar estrogen dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap rasa sakit yang terkait dengan migrain.

 

Selain itu, hormon seks juga dapat memengaruhi tonus pembuluh darah, yang merupakan faktor lain yang berpotensi memicu migrain. Hal ini terkait dengan kontrol estrogen terhadap sistem reproduksi dan regulasi zat kimia di otak. Penurunan kadar estrogen dapat memicu pelepasan molekul peptida yang terkait dengan gen kalsitonin, yang kemudian dapat menyebabkan sensasi nyeri yang terkait dengan migrain.

 

Menariknya, data menunjukkan bahwa sekitar 43 persen perempuan mengalami migrain, sementara hanya sekitar 18 persen laki-laki yang mengalami kondisi serupa. Selain itu, perempuan juga cenderung mengalami gejala khas migrain seperti mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia dengan lebih sering dibandingkan laki-laki.

 

Dalam studi Global Burden of Disease 2015, migrain merupakan penyebab keempat terbesar disabilitas pada perempuan, sementara pada laki-laki berada di peringkat kedelapan. Oleh karena itu, pemahaman akan peran hormon dalam memicu migrain pada perempuan menjadi penting dalam upaya diagnosis dan pengelolaan kondisi ini.

Tinggalkan Balasan