Jakarta, KabarBerita.id — Militer Israel pada Selasa (28/5) membantah bertanggung jawab atas pembunuhan sedikitnya 21 warga Palestina yang terlantar di kamp pengungsian barat Rafah, Gaza selatan.
Setidaknya 21 orang tewas pada hari Selasa dalam penembakan Israel terhadap kamp tenda pengungsi di daerah al-Mawasi sebelah barat Rafah, yang jadi serangan ketiga Israel dalam 48 jam terakhir di daerah yang ditetapkan oleh Tel Aviv sebagai “zona aman” itu.
Tenda-tenda pengungsian yang jadi target bombardir Israel terletak sekitar 100 meter dari rumah sakit lapangan AS di sebelah barat Rafah, menurut sumber-sumber Palestina.
“Bertentangan dengan laporan beberapa jam terakhir, IDF (tentara Israel) tidak menyerang di Area Kemanusiaan di al-Mawasi,” klaim juru bicara militer Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu, Rabu (29/5).
Meskipun mendapat kecaman internasional, tentara Israel kembali melancarkan serangannya ke wilayah Tel al-Sultan di Rafah pada Selasa pagi waktu setempat, yang mengakibatkan kematian tujuh warga Palestina dan luka-luka lainnya.
Serangan itu terjadi setelah sedikitnya 45 warga sipil tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan Israel di kamp tenda pengungsi di Tel al-Sudan pada hari Minggu (26/5).
Menurut kantor media pemerintah Gaza, setidaknya 72 warga sipil yang kehilangan tempat tinggal tewas dalam serangan Israel terhadap tenda pengungsi di Rafah dalam 48 jam terakhir.
Israel memperluas serangan daratnya di Rafah pada hari Selasa, dengan tank-tanknya mencapai pusat kota.
Perluasan serangan Israel saat ini ke kota tersebut membuat tentara Israel hampir sepenuhnya menguasai wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir, yang dikenal sebagai Koridor Philadelphi, sebuah zona penyangga demiliterisasi yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Tentara Israel sejauh ini telah menguasai hampir dua pertiga wilayah koridor karena mereka terus melakukan pemboman dan penembakan besar-besaran.
Israel melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 menyusul serangan mendadak Hamas, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di wilayah kantong penduduk tersebut.
Hampir 36.100 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 81.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur dan warganya kelaparan akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang dilakukan Israel.
Israel dituduh melakukan “genosida” di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum wilayah itu diserang 6 Mei lalu.