Jakarta, KabarBerita.id — Aktivis hak asasi manusia (HAM) Amerika Serikat, Shaun King, mengaku ikut terenyuh dengan penderitaan warga Jalur Gaza Palestina akibat agresi Israel sejak enam bulan lalu.
Saking menyentuh hatinya, King sampai memutuskan untuk memeluk agama Islam pada Senin (11/3) lalu.
Ia memutuskan menjadi mualaf bersama sang istri, Rai King, sehari sebelum Ramadan. Keduanya membaca kesaksian dua kalimat syahadat di masjid Valley Ranch Islamic Center Dallas, Texas, dibimbing sang imam, Omar Suleiman.
Mantan pastor Kristen itu terkenal sebagai aktivis hak-hak kaum kulit hitam di AS yang sering melakukan gerakan Black Lives Matter (BLM).
Sejak agresi Israel ke Palestina, Shaun King kerap kali lantang menyuarakan pembelaannya terhadap orang-orang Palestina, terutama bagi warga Gaza yang ia nilai tengah menghadapi pembersihan etnis oleh Israel atas dukungan AS.
King yang juga mengenakan keffiyeh bicara soal penderitaan dan trauma orang-orang di Gaza usai pembacaan dua kalimat syahadat.
“Saya tidak tahu apakah bisa berada di sini hari ini tanpa penderitaan dan perih serta trauma yang kita lihat di Gaza dalam enam bulan ke belakang,” tutur King dalam tayangan akun Youtube VRIC, seperti dikutip dari The Arab News.
Ketabahan orang-orang Palestina meski harus menderita akibat kekejian Israel membuat hatinya ikut tertarik memeluk agama Islam.
“Itu amat menyentuh saya dengan cara yang sangat mendalam menyaksikan orang-orang di tempat yang paling berbahaya dan traumatis di planet ini sekarang. Mereka hanya bisa melihat reruntuhan dan jasad keluarga mereka, namun masih bisa melihat makna dan tujuan dalam hidup. Keyakinan dan ketaatan mereka yang amat kuat kepada Islam bukan hanya membuka hati saya, tapi juga hati jutaan orang di seluruh dunia,” ujar King dalam akun Instagramnya, seperti dikutip dari Middle East Monitor.
“Lebih dari apapun, adalah sebuah persahabatan dan ketaatan mendalam serta keyakinan orang-orang Palestina yang mampu menggerakkan hati saya,” ia menambahkan.
Mengutip dari Middle East Monitor, King pernah mengungkapkan bahwa perusahaan Meta mematikan akun Instagramnya karena ia menyuarakan dukungan terhadap warga Palestina di platform tersebut.
“Saya diberitahu salah satu sumber saya dari dalam Meta bahwa mereka melacak alamat IP address saya dan akan menghapus apapun yang saya nyatakan,” tutur King.