Jakarta, KabarBerita.id — Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Alzheimer’s and Dementia mengungkapkan bahwa kepribadian tertentu dapat meningkatkan risiko demensia di masa depan. Dalam meta-analisis menggunakan data dari delapan penelitian sebelumnya, peneliti menemukan korelasi antara kepribadian seseorang dan risiko terkena demensia.
Studi ini melibatkan 44.531 peserta berusia 49-81 tahun, dengan 1.703 di antaranya mengidap demensia. Kelima aspek kepribadian yang dianalisis meliputi keramahan, keterbukaan, ekstroversi, kesadaran, dan neurotisme. Hasilnya menunjukkan bahwa individu dengan tingkat neurotisme tinggi dan kepribadian negatif cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia dalam jangka panjang.
Namun, penting untuk diingat bahwa studi ini hanya menunjukkan korelasi, bukan kausalitas. Kepribadian bukanlah penyebab langsung demensia. Para peneliti juga tidak merinci jenis demensia yang dialami peserta.
Ahli neurologi Riddhi Patira dari Pusat Penelitian Penyakit Alzheimer Pittsburgh University memberikan wawasan tambahan. Menurutnya, individu dengan kepribadian neurotisme lebih berisiko terhadap demensia karena kecemasan yang seringkali berujung pada insomnia. Patira menyarankan agar individu dengan kepribadian neurotisme fokus pada gaya hidup sehat, termasuk olahraga rutin, tidur yang cukup, dan pola makan bergizi.
Meskipun demikian, studi ini tidak membedakan jenis demensia yang mungkin dialami peserta. Oleh karena itu, penting untuk mengambil hasilnya dengan hati-hati. Meskipun demensia bukan penyakit, melibatkan penurunan fungsi otak, mencegahnya dapat dilakukan melalui gaya hidup sehat seperti olahraga, tidur cukup, dan pola makan yang baik. Studi ini dapat dijadikan kesempatan untuk lebih memahami korelasi antara kepribadian dan kesehatan otak serta mendorong upaya pencegahan demensia melalui perubahan gaya hidup positif.