Jakarta, KabarBerita.id — Penyakit paru-paru popcorn, yang dihubungkan dengan paparan vape dan rokok elektronik, menjadi perhatian serius dalam kesehatan masyarakat. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa popcorn lung adalah kondisi langka di saluran udara paru-paru yang dapat menyebabkan batuk dan napas pendek.
Kondisi medis ini, juga dikenal sebagai bronkiolitis obliterans atau bronkiolitis konstriktif, dapat merusak bronkiolus, saluran udara terkecil di paru-paru. Penelitian dari Harvard University menunjukkan bahwa banyak merek rokok elektrik mengandung diasetil, serta bahan kimia berbahaya seperti pentanedion dan asetoin.
Paru-paru popcorn mendapatkan namanya dari bahan kimia diacetyl, yang dahulu digunakan dalam produk makanan seperti popcorn untuk memberikan rasa kaya mentega. Meskipun awalnya diidentifikasi di kalangan pekerja pabrik popcorn, sekarang penyakit ini terkait dengan vape dan rokok elektronik.
Gejala paru-paru popcorn mirip dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), termasuk kesulitan bernapas, batuk kering progresif, dan gejala lain seperti flu, demam, dan penurunan berat badan. Penting untuk menyampaikan kekhawatiran kepada dokter, khususnya jika terpapar bahan kimia terkait atau menggunakan rokok elektronik.
Diagnosis penyakit ini melibatkan rontgen dada atau CT scan, serta tes fungsi paru. Kesadaran akan risiko popcorn lung diharapkan dapat mengurangi dampak kesehatan dari penggunaan vape dan rokok elektronik.