Jakarta, KabarBerita.id — Raja Yordania Abdullah II bin Al-Hussein memberikan peringatan terkait konsekuensi besar atas agresi Israel ke Gaza, Palestina. Abdullah memprediksi akan terjadi “ledakan regional” jika agresi Israel ke Gaza terus berlanjut.
Ia menolak segala hasil perang Israel-Gaza yang membuat terulangnya pendudukan di wilayah tersebut.
“Skenario apa pun, untuk menduduki kembali sebagian wilayah Gaza atau mendirikan zona penyangga di dalamnya akan memperburuk krisis dan menjadi agresi terhadap hak-hak Palestina”, ungkap Abdullah.
Pernyataan Abdullah ini dikeluarkan beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperkirakan Israel akan mengambil tanggung jawab keamanan secara keseluruhan di Gaza, dikutip dari The National News.
Lebih dari sepuluh juta penduduk Yordania merupakan keturunan Palestina. Hal ini yang menjadi salah satu dasar atas dukungan Yordania kepada Palestina.
Pelanggaran kekerasan Israel di Tepi Barat dan Yerusalem akan mendorong situasi di wilayah tersebut menuju ledakan konflik yang menyebar.
Selain itu, Abdullah meminta agar agresi Israel segera dihentikan dengan pembahasan lebih lanjut terkait solusi dua negara.
“Solusinya dimulai dari sana. Jalur lain mana pun akan mengakibatkan kegagalan dan lebih banyak siklus kekerasan dan kehancuran,”katanya.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Al-Safadi juga menyampaikan penolakan agresi militer Israel sebagai perang pembelaan diri saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada pekan lalu, dikutip dari Middle East Monitor.
Parlemen Yordania memilih komite hukumnya untuk meninjau ulang terkait perjanjian dengan Israel, termasuk perjanjian damai 1994.
Yordania memanggil duta besarnya di Israel pada 1 November untuk ikut memprotes perang yang membunuh warga sipil tidak bersalah di Gaza.
Sementara itu, lebih dari 11.100 warga Palestina tewas akibat agresi Israel di Gaza. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban jiwa itu termasuk 4.609 anak-anak dan 3.100 wanita.
Sedangkan, Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 28.200 orang mengalami luka-luka.