Jakarta, KabarBerita.id — Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah mengeluarkan kritik terhadap Amerika Serikat yang memindahkan armada kapal induknya mendekati Israel, yang saat ini sedang terlibat dalam konflik terbaru dengan kelompok Hamas di Jalur Gaza Palestina.
Erdogan menganggap bahwa pengiriman kapal induk AS ini dapat membuka pintu bagi Amerika Serikat untuk terlibat dan memperburuk situasi pembantaian di Jalur Gaza Palestina.
Jalur Gaza merupakan salah satu wilayah Palestina yang masih dikuasai oleh kelompok Hamas, salah satu faksi utama di Palestina.
“Dalam hal ini, apa yang akan dilakukan kapal induk AS di dekat Israel? Mengapa mereka datang? Apa yang akan dilakukan oleh kapal-kapal ini dan pesawat-pesawat yang diangkut oleh kapal induk AS? Mungkinkah mereka akan mengambil langkah untuk terlibat dalam tindakan serius di Gaza dan sekitarnya, serta meningkatkan tindakan pembantaian?” kata Erdogan dalam pernyataan bersama dengan Kanselir Austria, Karl Nehammer, yang sedang melakukan kunjungan ke Ankara pada Selasa (10/10).
Saat serangan mendadak dari Hamas ke Israel terjadi pada akhir pekan yang lalu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, segera merespons dengan memberikan bantuan kepada Tel Aviv, sekutu AS di Timur Tengah.
Dilansir dari Reuters, Austin mengumumkan bahwa AS akan membawa armada kapal induknya, termasuk USS Gerald R Ford, lebih dekat ke wilayah Israel.
Selain kapal induk, Austin juga menyatakan bahwa AS akan mengirim sejumlah kapal militer lain, termasuk kapal penjelajah yang dilengkapi dengan rudal kendali dan empat kapal perusak rudal, sebagai bentuk dukungan dari pemerintah AS.
Austin juga menyatakan bahwa AS telah memutuskan untuk meningkatkan jumlah pesawat tempur F-35, F-15, F-16, dan A-10 di wilayah tersebut.
AS juga akan memasok bantuan amunisi kepada Israel untuk menghadapi serangan dari kelompok Hamas.
Erdogan sebelumnya telah mendesak baik Israel maupun Palestina untuk menghentikan serangan dan meredam ketegangan.
“Kami mendesak Israel untuk menghentikan pengeboman wilayah Palestina, dan kami mendesak warga Palestina untuk menghentikan kekerasan terhadap warga Israel yang tinggal di daerah pendudukan,” kata Erdogan dalam konferensi pers yang diadakan setelah rapat kabinet di Ankara pada Senin (9/10).
Erdogan juga memperingatkan bahwa Israel dan Hamas harus menghormati etika perang, dan tidak boleh menargetkan warga sipil tanpa pandang bulu.
“Merugikan warga Gaza secara kolektif dan tanpa pandang bulu hanya akan meningkatkan penderitaan dan spiral kekerasan di wilayah tersebut,” kata Erdogan dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor presidennya.
Ia juga menekankan bahwa dalam perang, etika harus tetap dijunjung. Para pihak yang terlibat dalam konflik harus mematuhi prinsip-prinsip ini.
Erdogan selama ini merupakan salah satu pemimpin negara mayoritas Muslim yang secara vokal mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka. Ia telah lama mendukung solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina yang sudah berlangsung selama lebih dari setengah abad.
Pada Senin, Erdogan bahkan dikabarkan absen dari rapat kabinet reguler untuk melakukan panggilan kepada Presiden Israel, Isaac Herzog, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dan Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati.
Menurut AFP, Erdogan kembali menawarkan Turki sebagai mediator untuk mengakhiri kekerasan di Jalur Gaza, jika diminta.