Jakarta, KabarBerita.id — Asosiasi Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Association/IAEA) menyatakan konsentrasi tritium dalam limbah nuklir Fukushima masih di bawah level yang diperkirakan dan tidak menimbulkan risiko bagi penduduk.
Hal itu disampaikan setelah Jepang mulai membuang limbah pembangkit tenaga nuklir (PLTN) Fukushima per 24 Agustus di Samudra Pasifik dan dikecam banyak negara, terutama China.
“Sejauh ini kami dapat memastikan pelepasan pertama dari cairan tersebut tidak mengandung radionuklida pada tingkat yang membahayakan,” kata Rafael Grossi saat berkunjung ke Stockholm, seperti diberitakan AFP, Selasa (29/8).
“Pembuangan Awal sudah sesuai dengan apa yang kami harapkan, tapi kami akan terus [memantau] sampai tetes terakhir keluar,” tutur kepala Badan PBB yang mengurusi penggunaan nuklir tersebut.
IAEA pada Kamis (24/8) mengatakan analisis independenĀ terhadap konsentrasi tritium dalam air yang dibuang Jepang “jauh di bawah batas operasional 1.500 becquerel per liter.”
Batasan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan standar keselamatan nasional Jepang.
Tak hanya itu, Operator pabrik Tokyo Electric Power (TEPCO) juga telah menerima izin untuk melakukan pembuangan pada 7 Juli lalu dari regulator nuklir Jepang.
TEPCO sendiri mengklaim air limbah yang bakal dibuang telah diencerkan dan disaring untuk membuang semua zat radioaktif kecuali tritium, yang kadarnya jauh di bawah batas berbahaya.
Jepang telah berulang kali menegaskan air limbah tersebut tidak berbahaya, namun tindakan tersebut menimbulkan ketakutan di kalangan nelayan lokal dan memicu kemarahan di China.
Negara itu telah menghentikan impor makanan laut dari Jepang. Tak hanya itu, kelompok nelayan di Jepang juga terang-terangan menolak rencana ini. Mereka khawatir pembuangan limbah bakal merusak reputasi dan dagangan mereka, termasuk karena pembatasan ekspor ke pasar-pasar utama Beijing.
Juru bicara administrasi keselamatan nuklir China menyebut langkah Jepang membuang limbah nuklir ke laut “egois dan tidak bertanggung jawab.”
Para pejabat China juga mengatakan tinjauan IAEA terbatas pada opsi pembuangan limbah ke Samudra Pasifik ketimbang mencari cara lain yang mungkin untuk membuang limbah.