Oleh Dr.Hj. Kurniasih Mufidayati, M.Si
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI
Setiap tahun, jutaan jamaah haji dari berbagai negara berkumpul di Tanah Suci Mekah dan Madinah untuk menjalankan ibadah haji. Di antara mereka, jamaah lansia dan yang berisiko tinggi kesehatannya memerlukan perhatian khusus dan perlindungan ekstra.
Mengingat tantangan yang dihadapi oleh kelompok ini, sangat penting bagi otoritas haji dan pemerintah untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan kesehatan yang sesuai dan layanan yang memadai.
Jamaah haji lansia dan yang berisiko tinggi kesehatannya rentan terhadap kondisi medis yang lebih kompleks dan seringkali memerlukan perawatan yang intensif. Faktor-faktor seperti usia, kondisi kronis, dan potensi paparan penyakit di lingkungan yang padat dapat berdampak negatif pada kesehatan mereka. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga terkait harus memiliki persiapan yang matang untuk menghadapi tantangan kesehatan yang mungkin timbul selama perjalanan haji.
Apalagi bagi penyelenggaraan haji tahun 2023 yang disebut Haji Ramah Lansia. Sebab mayoritas jamaah haji tahun ini adalah haji lansia.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama per 23 Maret 2023, ada 66.943 jemaah haji lansia yang bakal diberangkatkan pada tahun ini. Jumlah ini mencapai sekitar 30% dari total jemaah haji Indonesia pada 2023 yang sebanyak 221.000 orang.
Jamaah haji tahun ini cukup didominasi oleh jamaah haji lansia dan jamaah haji risiko tinggi (risti). Menurut data Siskohat, ada 30 persen jamaah haji lansia tahun 2023. Sementara jamaah risti dari sisi kesehatan mencapai 73 persen. Jumlah ini tertinggi sejak lima tahun terakhir.
Haji tahun ini memang mengusung slogan haji ramah lansia. Sebab selama tiga tahun terakhir, jamaah haji lansia belum mendapat kesempatan dengan berbagai pembatasan akibat pandemi Covid-19.
Tahun ini saat kuota normal jamaah haji lansia mendapat prioritas. Sehingga kita minta agar penanganan kesehatan calon haji lansia dan risiko tinggi lebih optimal. Perlu penanganan lebih dibandingkan musim haji sebelumnya. Tenaga kesehatan haji kita harus lebih siap.
Perlu ada tata laksana penyiapan haji ramah lansia bahkan sejak sebelum keberangkatan. Bagi jamaah haji yang masuk risti bisa melakukan MCU sebelum keberangkatan agar bisa lolos terbang.
Ada edukasi untuk menyiapkan diri untuk menjaga kesehatannya. Apalagi ibadah haji ini harus kita akui banyak ibadah fisik sehingga memang harus disiapkan sebelum keberangkatan, pemeriksaan kesehatan jelang keberangkatan dan menjaga kondisi kesehatan selama di Tanah Suci.
Titik kritis yang perlu diwaspadai adalah momen puncak hari Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Kesiapan fisik dan mental sangat penting dijaga selama musim haji terutama saat puncak haji.
Siapkan juga safari wukuf yang bisa jadi jumlahnya akan lebih banyak tahun ini karena jumlah lansia dan risti kita tinggi. Sistem rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan di Saudi juga harus disiapkan dengan baik dan cepat. Kita doakan semoga seluruh jamaah haji Indonesia diberikan kelancaran ibadah selama di Tanah Suci.