Jakarta, KabarBerita.id — Suhu Bumi mencapai rekor tertinggi dalam beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini berisiko terjadi berulang karena krisis iklim yang mendorong suhu semakin tinggi.
Akibatnya sejumlah negara mengalami suhu panas yang ekstrem. Kesehatan penduduk Bumi pun menjadi sorotan.
Pertanyaannya apa yang terjadi pada tubuh saat suhu panas ekstrem?
Umumnya tubuh masih mampu bertahan dengan maksimal suhu panas 36-37 derajat Celcius. Namun lebih dari itu, otak akan menyadari dan merespons adanya perubahan suhu.
Saat terjadi perubahan suhu, otak akan mencoba membantu mendinginkan tubuh dengan cara yang berbeda-beda.
Pori-pori akan terbuka, lalu tubuh berkeringat. Kemudian keringat yang menguap akan membantu mendinginkan tubuh.
Namun perlu dicatat jika lingkungan Anda panas dan lembap, keringat jadi tidak mudah menguap. Hal ini akan mendorong suhu tubuh Anda menjadi lebih tinggi.
Sementara cara kedua adalah dengan melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan detak jantung. Cara ini membawa panas dan darah ke permukaan tubuh sekaligus membantu melepaskan kelebihan panas.
Suhu tubuh yang tinggi sendiri diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan organ vital lainnya. Suhu tinggi juga bisa memicu beberapa penyakit yang terkait dengan cuaca panas.
Yang paling ringan adalah kram panas. Kondisi ini, menurut Linden, biasa terjadi pada orang yang banyak berkeringat, termasuk saat berolahraga.
Keringat berlebih dapat menghabiskan semua garam dan kelembapan tubuh. Kondisi ini bisa memicu nyeri otot atau kejang, yang biasanya terjadi di perut, lengan, atau kaki.
Suhu panas juga bisa memicu ruam. Kondisi ini terjadi akibat iritasi kulit karena terlalu banyak berkeringat dalam cuaca panas dan lembap. Umumnya, ruam akibat panas lebih sering terjadi pada anak.
Ruam biasanya akan berupa kumpulan jerawat atau lepuhan berwarna kemerahan di area leher, dada bagian atas, atau di lipatan siku.
Ada juga kondisi yang dinamakan heat exhaustion. Kondisi ini terjadi saat tubuh bekerja terlalu ekstra untuk mendinginkan diri.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan keringat berlebih, pusing, mual, sakit kepala, kulit terlihat pucat, dan denyut nadi cepat.
“heat exhaustion adalah upaya terakhir tubuh untuk mendinginkan diri sebelum benar-benar mencapai titik tidak bisa kembali,” ujar Linden.
Kondisi yang paling serius dan perlu diwaspadai adalah heatstroke, yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani.
Heatstroke terjadi saat suhu tubuh melebihi 40 derajat Celcius. “Di sini lah mekanisme organ tubuh mulai gagal,” kata Linden.
Gejalanya kurang lebih mirip dengan heat exhaustion yang disertai dengan kulit merah dan kering, serta adanya rasa kebingungan atau agitasi.
Lansia, orang dengan komorbid, dan anak-anak lebih berisiko terkena penyakit yang disebabkan cuaca panas.