Jakarta, KabarBerita.id — Fenomena gelombang panas diketahui menewaskan warga di sejumlah negara, mulai dari Amerika Serikat hingga India.
Gelombang panas menghantam sejumlah negara sejak beberapa pekan ke belakang mengakibatkan banyak warga harus dilarikan ke rumah sakit, dan bahkan di antaranya tewas karena suhu yang sangat ekstrem hingga mencapai 49 derajat Celsius.
Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang terdampak fenomena gelombang panas. AS mengumumkan sedikitnya 13 orang meninggal dunia akibat gelombang panas ekstrem di sana dua pekan terakhir.
Pejabat setempat menyatakan korban tewas terbanyak berada di Webb County, Texas, dekat perbatasan Meksiko dengan 11 korban jiwa.
Beberapa hari terakhir, suhu di beberapa kota AS bagian selatan disebut terasa seperti 45 derajat Celsius. Panas ekstrem itu bahkan membuat trotoar di wilayah Houston retak. Pihak berwenang sampai harus mendirikan pusat pendinginan di kota berpenduduk 2,3 juta jiwa itu.
Kondisi ini juga diperburuk dengan kebakaran hutan di Kanada.
Selain AS, Meksiko juga menjadi negara dengan korban jiwa akibat gelombang panas. Pemerintah Meksiko mengumumkan sebanyak 112 orang warganya tewas akibat ‘terpanggang’ cuaca panas ekstrem di negaranya.
Secara rinci, ada 104 orang dilaporkan meninggal sepanjang Juni 2023 (per 25 Juni) dan delapan kematian terjadi pada laporan 14 April dan 31 Mei, sehingga totalnya menjadi 112 orang.
Berdasarkan laporan AFP pada Jumat (30/6), sejumlah negara di Amerika Latin tengah menghadapi serangkaian gelombang panas dengan mengalami rekor suhu tinggi. Di mana lebih dari 1.000 laporan masuk terkait hal ini.
Di Asia, India menjadi negara yang menerima dampak cukup signifikan dari gelombang panas. Gelombang panas menyebabkan 98 orang meninggal dunia di negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar.
Menurut informasi, 54 orang dilaporkan tewas di Uttar Pradesh, sementara 44 lainnya di Bihar. Jumlah tersebut merupakan akumulasi kematian akibat gelombang panas di India hanya dalam tiga hari.
Selain 98 korban tewas, gelombang panas juga menyebabkan 400 orang dirawat di rumah sakit di Ballia Uttar Pradesh dengan keluhan demam, sesak napas, dan komplikasi kesehatan lainnya.