Jakarta, KabarBerita.id — Sebelum meninggal dunia pada Kamis (22/6) dini hari, Fajri, pria obesitas berbobot 300 kilogram asal Tangerang, Banten sempat mengalami syok septik.
“Kita lihat infeksi di kakinya itu semakin berat, dan juga ada infeksi di bagian paru-parunya. Kemudian infeksi ini kita bisa bilang menimbulkan kejadian yang namanya syok septik,” ujar dokter spesialis anestesi RSCM Sidharta Kusuma Manggala dalam konferensi pers di RSCM, Jakarta, Kamis (22/6).
Pertanyaannya, apakah orang dengan obesitas berisiko mengalami syok septik jika ada infeksi?
Syok septik adalah tingkat paling fatal dari sepsis atau reaksi ekstrem tubuh terhadap infeksi. Kondisi ini biasanya ditandai dengan tekanan darah yang menurun drastis.
Sidharta mengatakan bahwa memang ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa meningkatkan risiko sepsis jika mengalami infeksi. Misalnya saja, pada orang yang memiliki komorbid tertentu.
“Saya akan menjelaskan dari sisi yang saya tahu. Jadi memang kondisi sepsis itu lebih gampang terjadi pada orang tertentu, seperti pasien dengan komorbid,” ujar Sidharta.
Obesitas sendiri menjadi salah satu komorbid yang bisa memperparah suatu kondisi seperti infeksi. Obesitas juga telah diketahui dapat memicu sejumlah komplikasi penyakit.
Apalagi, kasus obesitas yang dialami Fajri bisa dibilang tidak normal. Fajri memiliki indeks massa tubuh (BMI) 91. Angka ini jauh melebihi batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni BMI >30 untuk orang dengan obesitas.
“BMI [Fajri] di atas 35, BMI nya 91. Jadi tiga kalinya [obesitas], super tidak normal. Jadi ini memang benar-benar berat,” ujar Sidharta.
Dengan adanya komorbid seperti obesitas, infeksi akan lebih mudah terjadi. Salah satu pasalnya adalah daya tahan tubuh yang lemah pada orang dengan komorbid.
“Saat ini tubuh kita mungkin kena kuman di RS. Tapi kenapa enggak infeksi? Karena daya tahan tubuh kita bagus,” ujar Sidharta.
Sementara pada kasus Fajri, daya tahan tubuhnya sudah sangat menurun hingga mudah terinfeksi.
“Dan infeksi ini mengakibatkan kegagalan di beberapa organ tubuhnya,” ujar Sidharta.
Fajri meninggal dunia pada Kamis (22/6) dini hari. Ia mengembuskan napas terakhir setelah beberapa pekan menjalani perawatan intensif di RSCM, Jakarta.
Dokter menyebutkan bahwa akibat syok septik yang dialaminya, Fajri mengalami multiple organ dysfunction syndrome (MODS) atau kegagalan multi-organ. Kegagalan organ ini membuat kondisi Fajri terus menurun hingga tutup usia.