Jakarta, KabarBerita.id — Ilmuwan menemukan potensi vaksin chikungunya untuk pertama kalinya. Calon vaksin potensial ini telah diuji coba dalam sebuah penelitian besar.
Vaksin bernama VLA1553 ini diproduksi oleh Valneva, produsen obat asal Prancis-Austria. Vaksin ini terbuat dari virus yang dilemahkan.
“Ini bisa menjadi vaksin chikungunya pertama yang tersedia untuk orang yang tinggal di daerah endemik, serta untuk pelancong yang akan bepergian ke wilayah endemik,” ujar Manajer Strategi Klinis Valneva Martina Schneider, dalam sebuah pernyataan, melansir AFP.
Uji coba fase tiga dilakukan secara acak terkontrol. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif vaksin tersebut menghasilkan respons kekebalan.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada Selasa (13/6) ini dilakukan terhadap 4.100 orang kelompok kontrol. Sebanyak 266 di antaranya menerima vaksin tersebut.
Hasilnya ditemukan sebanyak 99 persen di antaranya mengembangkan antibodi yang dapat menetralkan virus chikungunya.
Di antara orang yang mendapatkan vaksin, hanya dua orang yang mengalami efek samping. Namun, keduanya dapat pulih dengan sepenuhnya.
Sejumlah pakar kesehatan telah menyebutkan adanya potensi pandemi lain, termasuk salah satunya chikungunya. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang mendorong nyamuk menyebar ke wilayah baru.
“Studi baru itu bisa menjadi kabar baik kesiapsiagaan pandemi virus chikungunya,” ujar spesialis penyakit menular di Beth Israel Deaconess Medical Center AS Kathryn Stephenson, mengomentari hasil penelitian tersebut.
Namun sayang, studi tersebut masih dinilai kurang karena hanya menjadikan orang-orang AS sebagai objek penelitian. AS sendiri tidak dikenal sebagai wilayah endemik chikungunya.
Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada tahun 1952. Sejak itu, virus tersebut ditemukan di 110 negara, termasuk Indonesia.