Jakarta, KabarBerita.id — Oralit untukĀ puasa ramaikan media sosial beberapa waktu lalu. Dokter menjelaskan bahwa oralit itu tidak diperlukan selama berpuasa.
Media sosial termasuk TikTok dan Twitter sebelumnya diramaikan dengan bahasan oralit. Netizen menceritakan pengalamannya sahur atau berbuka puasa dengan oralit. Oralit dianggap mampu jadi ‘doping’ sehingga puasa lancar tanpa lemas.
Hanya saja dokter gizi klinis, Inge Permadhi, tidak setuju dengan cara tersebut. Pencegahan dehidrasi dan lemas selama puasa bisa dicegah dengan asupan gizi seimbang saat sahur.
“Kalau saya sih tetap tidak setuju karena tujuan oralit itu lebih ke arah dehidrasi kalau diare. Nah, BAB yang keluar itu diganti dengan oralit. Oralit hanya untuk orang sakit, tujuannya untuk dehidrasi,” ucap Inge beberapa waktu lalu.
Senada dengan Inge, dokter gizi Luciana Sutanto mengatakan, oralit tidak dianjurkan selama berpuasa. Pemenuhan kebutuhan cairan sebanyak 8 gelas per hari bisa didapat dari berbagai minuman, “Diutamakan air putih,” katanya.
Gula dan garam atau elektrolit pada oralit sebenarnya bisa didapat lewat asupan. Makanan yang dikonsumsi selama sahur sudah mengandung gula dan garam. Pada karbohidrat, terdapat gula alami.
Kemudian garam ada di nyaris semua menu makanan. Sup ayam, misal, mengandung garam terutama pada kuahnya.
“Itu jauh lebih baik dari oralit. Mengonsumsi kuah saja, kuah sop lah, lodeh, soto kayaknya lebih enak,” ujar Inge.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan menegaskan oralit merupakan minuman untuk mengembalikan hidrasi tubuh akibat diare.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, berkata, jika konsumsi oralit tidak sesuai indikasi, bakal ada potensi gangguan organ.
Oralit, lanjut dia, mengandung natrium, klorida, kalium klorida, trisodium sitrat dihidrat, dan glukosa anhidrat.
“Efek sampingnya bisa menyebabkan perut kembung karena terganggu gerakan usus, kelebihan natrium juga akan mengganggu fungsi organ atau sistem lainnya,” kata Nadia, Senin (27/3).