Kabarberita,id — PT Kereta Api Indonesia (Persero) menerbitkan surat utang atau obligasi dengan nilai nominal sebanyak-banyaknya sebesar Rp2 triliun untuk mendukung proyek.
“Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi itu sebesar 55 persennya akan digunakan untuk penyelesaian proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta (Basoetta), dan 45 persen untuk pengadaan kereta,” ujar Direktur Keuangan KAI, Didiek Hartantyo di Jakarta, Kamis (19/10).
Ia mengatakan bahwa obligasi I KAI 2017 itu terbagi menjadi dua seri, seri A berjangka waktu 5 tahun dengan tingkat kupon obligasi 7,25-8 persen per tahun, dan Seri B berjangka waktu 7 tahun dengan tingkat kupon obligasi 7,50-8,35 persen per tahun.
Ia optimistis penawaran obligasi ini akan diserap pasar mengingat pengalaman dan rekam jejak perseroan yang baik, arus kas kuat, dan profil pengelolaan keuangan yang baik.
“Kondisi perusahaan yang baik itu membuat kami mendapatkan peringkat Obligasi yang bagus, yakni idAAA (triple A) dengan outlook stabil dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo),” katanya.
Ia menyampaikan bahwa beberapa proyek yang saat ini sedang ditangani oleh KAI diantaranya pembangunan KA Bandara Soekarno-Hatta melalui Perpres No. 83 Tahun 2011, dengan target pengoperasian di awal tahun 2018.
“Target perolehan pendapatan di Tahun 2018 dari pengoperasian KA Basoetta sebesar Rp122 miliar dan meningkat menjadi Rp557 miliar di tahun berikutnya,” paparnya.
Berikutnya, lanjut dia, KAI juga mencanangkan program peremajaan sarana, dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan level angkutan penumpang, serta meningkatkan pangsa pasar angkutan penumpang.
Ia menambahkan bahwa KAI juga optimistis akan memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 13 November 2017, dan melakukan penawaran umum pada tanggal 14-16 November 2017. Sedangkan untuk tanggal penjatahan diperkirakan tanggal 17 November 2017 dan ditutup dengan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 November 2017.
Analils BNI Sekuritas Ahmad Hapiz dalam risetnya mengemukakan bahwa seiring dengan perkembangan pasar obligasi pemerintah, pasar obligasi korporasi juga menunjukkan perkembangan yang positif.
“Disamping semakin tingginya minat perusahaan untuk menerbitkan obligasi sebagai salah satu sumber pendanaan, semakin aktifnya investor di pasar obligasi korporasi serta tingginya potensi pertumbuhan obligasi korporasi di Indonesia juga menjadi katalis positif yang dapat mendukung perkembangan pasar obligasi korporasi kedepannya,” katanya.