Jakarta, KabarBerita.id — Turki dan sejumlah negara Barat saling balas travel warning atau peringatan perjalanan di tengah ketegangan akibat aksi pembakaran Al Quran di Swedia dan Denmark.
Saling balas itu bermula pada Jumat (27/1), saat kedutaan besar sejumlah negara Barat di Turki mengeluarkan imbauan keamanan soal kemungkinan serangan balasan usai insiden pembakaran Al Quran.
Negara tersebut antara lain Jerman, Prancis, Italia dan Amerika Serikat.
Mereka mengimbau warganya di Turki untuk waspada setelah seorang politikus Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, membakar Al Quran saat demo di depan Kedubes Turki di Stockholm.
Aksi pembakaran Al Quran ini dianggap memicu Islamofobia. Warga di sejumlah negara mayoritas Muslim pun menggelar aksi memprotes Paludan.
Keesokan harinya yakni pada Sabtu, Kementerian Luar Negeri Swedia juga mengeluarkan imbauan perjalanan agar warganya yang tinggal di Turki menghindari kerumunan massa.
“Warga Swedia di Turki diminta untuk mengikuti perkembangan yang terjadi dan menjauhi kerumunan massa dan demonstrasi,” demikian pernyataan Kemlu Swedia yang dikutip Reuters.
“Demonstrasi kemungkinan berlanjut di luar Kedubes Swedia di Ankara dan konsulat jenderal di Istanbul dalam beberapa hari ke depan.”
Di Sabtu pula, Turki mengeluarkan peringatan bagi warganya yang tinggal di Eropa dan Amerika Serikat.
“Turki memperingatkan kemungkinan serangan Islamofobia, xenofobia, dan rasisme di AS dan Eropa,” demikian pernyataan resmi pemerintah Turki, seperti dilansir Reuters.
Dua hari setelah peringatan Turki, Kedubes AS di negara itu memperingatkan warganya terkait kemungkinan serangan teroris di gereja, sinagog, dan kantor perwakilan mereka di Istanbul.
“Kemungkinan serangan balasan dari teroris bisa terjadi di daerah yang sering dikunjungi orang Barat,” demikian peringatan Kedubes AS di Turki pada Senin, seperti dikutip Reuters.
Beberapa wilayah itu di antaranya Beyoglu, Galata, Taksim, dan Istiklal. Menurut Kedubes AS, Turki tengah menyelidiki kemungkinan serangan teroris itu.
Saling balas peringatan itu muncul saat ketegangan Turki dan Barat meningkat. Ketegangan ini sebenarnya berakar pada keanggotaan Swedia di NATO.
Untuk bisa menjadi anggota aliansi militer ini, Swedia harus mengantongi izin dari seluruh anggota NATO. Namun Turki tak kunjung memberikan restunya.
Demo di Stockholm pecah ketika warga memprotes Erdogan yang meminta sejumlah syarat jika Swedia mau mendapatkan restu Turki untuk masuk NATO.
Salah satu syarat tersebut adalah Swedia memulangkan sejumlah aktivis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang kabur dari Turki ke negara itu.
Selama ini Turki menganggap PKK sebagai kelompok teroris. Meski demikian sejumlah pihak di Swedia menganggap syarat ini berlebihan.
Mereka pun menggelar aksi. Salah satu aksi itu dihadiri Paludan yang membakar Al Quran.
Setelah aksi itu Turki menangguhkan perundingan dengan Swedia dan Finlandia terkait nasib mereka di NATO.
Pemerintah Swedia pun meminta warga untuk tenang. Sementara itu NATO meminta Turki agar tak menghalangi Swedia dan Finlandia.