Jakarta, KabarBerita.id — Beberapa makanan seperti biskuit, kue, burger, dan sausage roll terbukti bisa membuat tubuh bertambah gemuk. Menurut studi, hal ini bisa terjadi karena beragam jenis makanan tersebut mampu memperlambat pencernaan.
Sebelumnya, beragam percobaan pada tikus menunjukkan bahwa ada sel-sel bernama astrocytes yang berperan mengontrol jalur kimia di usus. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti di Amerika Serikat, kebiasaan mengonsumsi produk bergula dan berlemak seperti biskuit atau kue bisa mengganggu kinerja sel astrocytes dalam mengontrol jalur kimia usus.
“Kami menemukan bahwa paparan asupan makanan tinggi lemak atau kalori yang singkat memberikan efek terbesar pada astrocytes,” jelas ketua tim peneliti Dr Kirsteen Browning dari Penn State University, seperti dikutip dari Independent.
Dr Browning mengatakan asupan kalori yang masuk ke dalam usus tampak diregulasi dalam jangka pendek oleh astrocytes. Ketika makanan junk food seperti kue atau biskuit dicerna di dalam tubuh, astrocytes akan bereaksi dengan melepaskan zat kimia bernama gliotransmitter.
Proses ini bertujuan untuk memastikan proses kontraksi lambung bekerja dengan baik agar proses mengisi dan mengosongkan lambung serta jalannya makanan dalam sistem pencernaan bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya. Namun, studi terbaru menemukan bahwa asupan makanan berlemak atau berkalori tinggi seperti kue dan biskuit bisa membuat astrocytes menjadi kurang sensitif terhadap makanan berlemak tinggi.
Ketika astrocytes terganggu, pensinyalan kimia yang melibatkan gliotransmitter juga ikut terganggu dan bisa menyebabkan proses pencernaan melambat karena lambung tak bisa diisi dan dikosongkan dengan benar.
“Seiring waktu, astrocytes tampak menjadi tak sensitif terhadap makanan berlemak tinggi,” jelas Dr Browning.
Tak butuh waktu lama untuk membuat astrocytes menjadi tak sensitif terhadap makanan berlemak tinggi. Berdasarkan studi, menyantap makanan berlemak tinggi atau berkalori tinggi selama 10-14 hari sudah dapat membuat astrocytes kesulitan untuk bereaksi.
“Dan kemampuan otak untuk meregulasi asupan kalori tampak terganggu,” ujar Dr Browning.
Tim peneliti menilai penurunan aktivitas astrocytes dan gangguan pada mekanisme pensinyalan kimia di lambung turut berperan dalam munculnya dorongan makan berlebih. Akan tetapi, hal ini perlu dibuktikan melalui penelitian lebih lanjut pada manusia.
Bila mekanisme serupa terjadi pada manusia, tim peneliti mengatakan temuan terbaru yang telah dipublikasikan dalam The Journal of Physiolog/ itu bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah terapi yang dapat mengatasi masalah kenaikan berat badan. Misalnya dengan mengembangkan sebuah terapi yang dapat mengaktifkan kembali kemampuan otak dalam meregulasi asupan kalori.
“Bila ini akar masalahnya, temuan ini dapat dikembangkan menjadi intervensi-intervensi untuk membantu mengembalikan regulasi kalori pada manusia,” ujar Dr Browning.