Jakarta, KabarBerita.id — Sudah saatnya kita berhenti melontarkan pertanyaan ‘kapan mau punya anak’ kepada pasangan mana pun.
Pertanyaan sederhana tersebut dapat berdampak pada banyak orang karena berbagai alasan, termasuk bisa menggali luka yang sangat dalam.
Terlebih pada pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah dan masih belum dikaruniai momongan.
Psikolog klinis, Monica Sulistiawati mengatakan bahwa peer pressure atau tekanan sosial dan pertanyaan berulang ‘kenapa belum punya anak’ pada pasangan dapat menjadi stressor bagi individu yang mengalaminya.
Alih-alih membantu upaya pasangan untuk mendapatkan momongan, pertanyaan itu justru bikin kondisi pasangan secara medis semakin drop.
Stres berlebihan dapat mempengaruhi kadar hormon dan metabolisme seseorang yang bisa mempengaruhi siklus menstruasi, produksi sperma dan tingkat kesuburan.
Selain itu, stres berlebih juga dapat memicu terjadinya PCOS yang seringkali menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur dan kegagalan pembuahan pada wanita.
Sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) adalah gangguan hormon yang terjadi pada wanita di usia subur.
Monica menyebutkan salah satu bentuk psikosomatis yang paling sering dijumpai adalah asam lambung yang meningkat dan memicu terjadinya maag, sakit kepala, atau ritme detak jantung yang tidak stabil.
Ada begitu banyak alasan mengapa pasangan tertentu tidak memiliki anak. Pertanyaan kapan punya anak pun bisa membuat wanita merasa tidak mampu. Tidak hanya sensitif namun pertanyaan tersebut juga bisa mengganggu privasi orang.
Pada intinya keputusan pasangan untuk memiliki momongan atau tidak berakar pada serangkaian masalah pribadi, termasuk tidak hanya kesehatan dan kesuburan, namun juga kemauan dan keinginan mereka untuk membesarkan keluarga.