Jakarta, KabarBerita.id — Menteri Kehakiman Jepang, Yasuhiro Hanashi telah mengundurkan diri pada Jumat (11/11). Ia merupakan menteri kedua yang mengundurkan diri dalam sebulan belakangan.
Hanashi telah memberikan surat pengunduran dirinya kepada perdana menteri.
Hanashi mengundurkan diri di tengah hujan kritik karena pernyataan kontroversialnya mengenai eksekusi mati.
Ia menyedot perhatian karena mendukung eksekusi mati “di pagi hari”, teknik yang selama ini dikritik kelompok pembela hak asasi manusia.
Selama ini Jepang baru akan memberi notifikasi eksekusi kepada seorang terpidana mati pada pagi di hari ia akan dieksekusi.
Kala komentarnya menuai kritik, Hanashi kemudian langsung meminta maaf pada Kamis (10/11). Hanashi juga mengatakan di hadapan parlemen bahwa ia “menarik kembali pernyataan itu.”
Namun kritik masih terus menghujani Hanashi hingga akhirnya ia mengundurkan diri. Ia diduga akan digantikan oleh mantan menteri agrikultur, Ken Saito.
Hanashi merupakan menteri kedua yang mengundurkan diri dalam sebulan belakangan. Sebelumnya Menteri Dalam Negeri Jepang, Minoru Terada, juga mengundurkan diri usai skandal pencatatan dana politiknya.
Deretan pengunduran ini terjadi di tengah kemerosotan popularitas partai berkuasa Jepang, Partai Demokratik Liberal (LDP).
LDP memicu kontroversi karena dianggap terkait dengan Gereja Unifikasi, yang terseret dalam kasus pembunuhan Shinzo Abe pada 8 Juli lalu.
Pelaku penembakan Abe, Tetsuya Yamagami, mengaku memang berniat membunuh sang mantan pemimpin Negeri Matahari Terbit itu karena terkait dengan Gereja Unifikasi.
Yamagami memendam dendam karena keluarganya jatuh miskin setelah ibunya mengucurkan banyak dana untuk memberikan donasi Gereja Unifikasi.
Keluarga Abe memang memiliki rekam jejak kedekatan dengan Gereja Unifikasi, begitu pula dengan sejumlah anggota partai berkuasa.
Sejak tragedi pembunuhan Abe, dukungan publik terhadap Kishida dan partai berkuasa pun merosot dari 59 persen menjadi 46 persen dalam kurun tiga pekan.
Kantor penyiaran publik Jepang, NHK melaporkan bahwa ini merupakan angka popularitas terendah Kishida selama menjabat sebagai PM.