Kecelakaan Maut Mengerikan di Pabrik, Warga Korsel Ramai Boikot Toko Roti

Jakarta, KabarBerita.id — Warga Korea Selatan rama-ramai menyerukan boikot salah satu merek roti di negara Korea karena mengalami insiden yang mengerikan.
Kemarahan warga dipicu oleh kecelakaan di pabrik roti yang satu grup dengan Paris Baguette di Pyeongtaek, Gyeonggi, pada 14 Oktober.

Dikutip Korea Times, Diketahui seorang pekerja perempuan tewas akibat tergiling mesin pencampur isian roti. Tubuhnya hancur tergiling setelah tertarik oleh mesin tersebut.

Keesokan harinya tubuh perempuan berusia 23 tahun itu ditemukan dalam kondisi hancur oleh rekan rekan kerjanya.

pihak perusahaan kemudian segera di informasikan mengenai kecelakaan mengerikan tersebut. Akan tetapi pabrik tetap melanjutkan produksinya meskipun seorang pekerjanya tewas.

Baru terungkap juga bahwa pekan sebelumnya seorang karyawan mengalami kecelakaan. Tangannya terluka parah akibat tersepit salah satu mesin produksi roti tersebut.

perusahaan pun tidak membawa karyawan yang terkena kecelakaan itu ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, karena kasusnya bukan sebagai karyawan tetap.

Perusahaan juga dilaporkan tetap mengoperasikan mesin produksi yang menyebabkan kecelakaan parah dua karyawannya.

Para buruh dan pekerja Paris Baguette pun menggelar upacara pemakaman di depan kantor pusat Paris Baguette. Protes juga dilakukan setiap orang di masing-masing cabang perusahaan itu yang berjumlah 1.000 toko.
Paris Baguette saat ini memiliki 3.400 cabang di Korsel.

Sejumlah serikat pekerja termasuk Konfederasi Buruh Prancis (CGT) juga ikut mengecam sikap perusahaan yang dinilai abai atas kecelakaan maut tersebut.

Sementara itu netizen ramai-ramai menyerukan boikot Paris Baguette.

“Kami tidak mau makan roti dengan noda darah dari pekerjanya,” tulis salah satu netizen di media sosial Korsel yang ikut menyerukan Boikot.

Sebelumnya CEO SPC Group yang merupakan induk perusahaan Paris Baguette, Heo Young In  menyampaikan permintaan maaf atas kecelakaan itu dan sikap perusahaan yang lalai.

“Kami juga mengetahui bahwa para karyawan tetap kembali bekerja di dekat tempat kecelakaan terjadi, Ini tidak benar dan tindakan yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun,” ujar Young In.

Tinggalkan Balasan