Jakarta, KabarBerita.id — Sebuah studi jurnal Cell Metabolism, menemukan menunda makan akan menggandakan peluang seseorang untuk menjadi lebih lapar. Penelitian tersebut dilakukan dengan membandingkan orang yang mengkonsumsi makanan yang sama pada waktu yang berbeda dalam sehari.
Seorang peneliti di Boston’s Brigham and Women’s Hospital Nina Vujovi, menemukan bahwa makan empat jam lebih telat membuat perbedaan yang signifikan untuk tingkat rasa lapar serta cara tubuh dalam membakar kalori setelah makan dan menyimpan lemak.
Studi ini memberikan dukungan untuk konsep bahwa Ritma sirkadian yang mempengaruhi fungsi fisiologis utama seperti suhu tubuh serta detak jantung juga bisa berdampak pada cara tubuh menyerap bahan bakar.
Hasil studi yang menunjukkan makan terlambat bisa menghasilkan peningkatan rasa lapar serta mempengaruhi hormon dan juga mengubah ekspresi gen.
Gen yang dimaksud yaitu gen yang dalam hal metabolisme lemak cenderung lebih sedikit pemecahan lemak dan lebih banyak penumpukan lemak.
Sementara untuk penelitian sebelumnya telah mengaitkan makan terlambat dengan penambahan berat badan, penelitian ini tidak mengukur penurunan berat badan dan tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang tidak terlihat dalam penelitian tersebut.
Selain itu penelitian telah menunjukkan bahwa melewatkan sarapan di pagi hari juga dikaitkan dengan obesitas.
Penelitian yang terhitung kecil ini hanya melibatkan 16 partisipan yang kelebihan berat badan atau obesitas. Namun, penelitian ini tetap direncanakan dengan hati-hati untuk menghilangkan potensi penyebab kenaikan berat badan lainnya.
Meskipun ada penelitian lain yang menyelidiki mengapa makan terlambat dikaitkan dengan peningkatan resiko obesitas, Hal ini mungkin yang paling terkontrol dengan baik termasuk secara ketat mengontrol jumlah dan komposisi.
Semua peserta dalam keadaan sehat, tidak ada riwayat diabetes atau kerja shift, yang dapat mempengaruhi ritme sirkadian, dan memiliki aktivitas fisik yang teratur.
Setiap partisipan dalam penelitian ini menjaga jadwal tidur atau bangun yang sehat selama sekitar tiga minggu dan diberi makanan siap saji pada waktu yang tetap selama tiga hari sebelum percobaan laboratorium dimulai.
Partisipan melakukan prosedur yang sebaliknya. Mereka yang makan lebih awal pindah ke kelompok makan yang terlambat dan sebaliknya, sehingga menggunakan setiap orang sebagai kontrol mereka sendiri.
Hasil menunjukkan bahwa rasa lapar berlipat ganda untuk mereka yang hobi makan di malam hari. Mereka yang makan di sore hari juga melaporkan keinginan untuk makan bertepung dan asin serta pada tingkat lebih rendah keinginan untuk makanan susu dan sayuran.
Dengan melihat hasil tes pada darah, para peneliti kemudian melihat mengapa tingkat Leptin serta hormon yang memberi sinyal ketika merasa kenyang, menurun untuk orang yang makan terlambat dibandingkan yang makan lebih awal.